Retreat

Retreat
Paskah 7 April 2010

Golden Bridge

Kumpulan ide-ide kreatif yang dibangun untuk membangun masa depan pemuda yang semakin disukai Allah dan manusia.

Sabtu, 26 Juni 2010

Rabu, 16 Juni 2010

badong

OLEH
KELOMPOK II
AGUSTINUS PAWAN
ARSYATI ETNI MALISAN
GRACEAN








SEKOLAH MENENGAH ATAS KRISTEN MAKALE
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Atuan, prinsip, dan ketentuan-ketentuan kepercayaan yang terpelihara dengan rapi secara turun-temurun mengenai gaya hidup, kualitas hidup, dan gaya kepemimpinan masyarakat tertentu termasuk Toraja atau orang Toraja, menunjukkan kualitan adat istiadatnya. Kebudayaan yang dibina, dikembangkan, diketahui dan diakui pihaklain secara nyata akan menunjukkan tingkat kemajuan dan status sosial masyarakatnya disbanding masyarakat lainnya. Biasanya kebudayaan yang demikian dibangun berdasarkan asas, prinsip-prinsip, aturan-aturan, ketentuan-ketentuandan strategi tertentu yang berbasis mitologi, seni, kepariwisataan dan ritual nilai-nilai lain masyarakatnya.
Bumi Toraja memiliki ritual aluk baik aluk ranbu tuka’ (aluk rampe matallo) aluk rambu solo’(aluk rampe matampu atau keberkabungan) yang dikenal unik dan bernilai tinggi. Dalam makalah ini penulis atau kelompok akan membahas secara khusus tentang salah satu bagian dari aluk ranbu solo’. Aluk rampe matampu’atau aluk rambu solo’ adalah aluk dalam bentuk kematian atau pemakaman seperti aluk passiliran, pa’sangbongi, pa’tallung bongi, pa’limangbongi, pa’pitung bongi, dan pangrapasan (bertingkat-tingkat hingga kategori sapu randanan). Tergantung strata sosial masyarakatnya.
Yang dibahas dalam makalah ini adalah salah satu bagian yang sering dilakukan dalam acara rambu solo’ yakni Badong. Badong ini merupakan salah satu jenis tarian Toraja. Arti, tujuan dan bentuk-bentuk badong akan dibahas satupersatu dalam bagian isi hingga tiba pada kesimpulan.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengenal dan mengetahui apa sebenarnya badong itu dalam kehidupan orang Toraja. Disamping itu juga menolong para pembaca untuk cinta pada budaya Toraja dan mengajak orang Toraja untuk tetap melestarikan budayanya atau adatnya termasuk ma’badong ini.
Penulis/kelompok menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan. Karena itu kami sangat mengharapkan masukan-masukan yang akan membantu kami untuk mengoreksi apa yang menjadi kekurangannya. Namun kami pun sangat mengharapkan, semoga para pembaca dapat memperoleh pemahaman disekitar adat Toraja khususnya badong, setelah membaca makalah ini.












BAB II
ISI
A. Pengertian Badong
Menurut data yang kelompok temukan di internet, Ma’badong ( kata kerja dari badong yang berate melakukan badong) adalah tarian kedukaan yang diadakan dalam upacara ritual kematian masyarakat Tanah Toraja. Menurut Daniel Tulak, Badong adalah semacan Bating (Ratapan) yang mengungkapkan sejarah hidup almarhum/almarhuma. Sama halnya pendapat Ny. M. Paranoan bahwa ma’badong merupakan ungkapan riwayat hidup si mati dalam lagu duka. Dengan demikian ma’badong ini dilakukan oleh keluarga si meninggal untuk mengenang orang yang meninggal tersebut dan merupakan penghargaan kepadanya sekaligus merupakan ungkapan duka yang diungkapkan melalui lagu.

B. Fungsi/Tujuan Badong
Fungsi badong ada bermacam-macam sehingga jenis badong pun bermacam-macam. Adapun jenis badong adalah :
1. Badong nasihat ( badong pa’pakilala)
2. Badong Ratapan (badong umbating)
3. Badong berarak (badong ma’palao)
4. Badong selamat/berkat (badong passakke)
Lantunanan-lantunan syair ma’badong berisikan riwayat manusia mulai dari lahir hingga mati dan juga merupakan doa, agar arwa si mati diterima di negri arwa (puya) alam di alam baka.
C. Cara Melakukan Badong
Yang dikemukakan oleh Daniel Tulak bahwa ma’badong dilakukan oleh para lelaki dan wanita di Desa atau pun juga dari Desa lain yang kebetulan datang atau dipanggilkeluarga almarhum/a dan dilakukan secara bersama sama dan mebentuk lingkaran sambil berpegangan tangan. Para lelaki atau perempuan yang melakuakn tarian ini bukan hanya dari para orang tua tetapi juga dari para pemuda/pemudi. Hanya saja yang sering kelompok lihat adalah didominasi oleh para lelaki, perempuan jarang melalukannya. Dalam lingkaran badong tersebut setiap penari mengaitkan jari kelingking sambil melantunkan syair dan nyanyain ratapan disertai gerakan tangan dan langkah kaki yang disesuaikan dengan irama lagu. Toma’badong (penari) bergerak dengan gerakan langkah yang silih berganti. Pada awal mulanya orang yang melakukan badong menggunakan kostum warna hitam namun dengan perkembangan zaman, kostum yang ipakai tidak menutup kemungkinan berwarna lain.
Kelompok juga sering melihat pelaksanaan badong ini dilakukan pada malam hari. Susana malam itu menjadi tanda sakral ketika para penari melantunkan syair atau lagu kesedihan (kadong badong). Syair-syair lagu badong oleh si penari tidak menggunakan not sebagai mana lagu pada umumnya (lagu modern). Lagu atau syair dalam badong disebut “bating”. Bating adalah cara leluhur toraja mengungkapkan sejarah hidup almarhum/almarumah melalui tangisan/ratap. Biasanya orang yang propesional umbating itu tidak menangis, tetapi keluarga dan rumpun keluarga yang mendengarkan biasanya jatuh pingsan. Bating dilakukan oleh wanita. Jika dilakukan oleh laki-laki disebut retteng. Bating dipimpin oleh seorang indo’ badong. Bating disuarakan oleh indo’ badong karena itu indo’ badong bertugasmengatur setiap syair yang dilantunkan dan bentuk iramanya. Tarian bergantian sambung-menyambung di pelataran duka (tongkonan tempat ritual digelar). Lamanya tarian ma’badong dilakukan biasanya berjam-jam, semalam suntuk, bahkan terkadang belangsung sampai tiga hari tiga malam sambung-menyambung. Tetapi sekarang ini jarang lagi temukan durasi waktu yang lama seperti yang dilakukan dulu.

D. Isi Badong
1. Badong Pakilala
E………! Umbamira sangtondokta?
Tomai sangbanusnata?
Sangti’doan tarampakta?
Ke’de’ko anta umbating
Rapana ta’ rio-rio,
Tatannun rosso maa.
Tang marandenkoka iko?
Tae’ko dallo riomu?
Lako te datu masallo’?
Ambe’ perangikan mati’,
Ambe’ tandingtalingakan,
Angki loloan batingki
Ke umpokadaki’ bating,
Untannun Mario-rio;
Da’ta barugai bating,
Da’ta lalan peninggoi.
Umbating tengki’ siada’,
Rintin sipakilalaki’
Tae’ki’ lindona senga’,
Rampo ma’kekeran bassi
Da’anta lambi’ bating ru’seng,
Turintin pa’ealian;
Anta masakke mairi’,
Madarinding sule nasang.

2. Badong Umbating
Tonna masaki ulunna,
Tikuramman beluakna;
Nenne’ samandu-mandunna
Kerangan umbongi-bongi.
Samari tampak sarrona
Tae’ upu’ pekaindo’na
Ka’tu angin dipudukna
Ronta’ tondon tobatana.
Sokan-sokanna mo ia
Te dao nenek mendetanta;
Sola to dolo kapuanganta,
Unamboran tinaranna.
Naamboran salarika,
Nasio’tang tongan dika
Denka tau tang nabasa,
Tang nalulun baratai?
La ditulak raka langi’,
Ladimanngairika?
Sokan-sokan ia nenek
Tang ma’ga’ta’ to dolota.
Kenapapatui lenki’
Kenasanda simisa’ki’
Sanda-sanda dilempangan,
Pangkun dipentilendungan
Tallang turanannaki’ Puang
Ao’ bela’belaranna
Ke disaile sulei
La dibandika menasan
Inde dao to tungara
Rintin to mennulu sau’
Umpolo bintanna Sali
Sirundu’ karasan tanga
Malemi situru’ gaun,
Sikaloli’ rambu ruaya
Naempa-empa salebu’
Sau’ tondok Pong Lalondong
Unola tossoan Adang
Panta’daran Tau bunga’
Dadi deatami lolo’
Kombongmi to palullungan
La umbengki’ tua’ sanda
Paraya sanda mairi’
Anta masakke mairi’
Madarinding sola nasang

3. Badong Ma’palao
Tiromi tu tau tongan
Tu to natampa Puangna
Ta’ sanglindo susinna
Sangmintu’ rupa-rupanna
Pada ditampa bintun tasak
Pada dikombong bunga’ lalan
Sumbang bulan naesungi
Kurapa’ allo natondongkonni
Malulun padang naola
Umpamampu’ padang-padang
Buda kinallo lalanna
Dikki’ barra’ karungna
Malemi naturu’ gaun
Naempa-empa salebu’
Sau’ tondok Pong Lalondong
Ilo’ bambana Makkun
La sangtondok to dolona
Sang siungan to manggaraganna
Ia nasang mintu’ tau
Mairi’ sang tolinoan

4. Badong Passakke
Sampa’bating kira tondo
Pango’tonan marioki
Napokinallo ilalan
Sau’ rumembena langi’
Sau’tondok Pong Lalondong
Ilo’ tondok Mario
Ganna’ sampan pebalunna
Sukku’ tedong tunuanna
Nariamo tangkean suru’
Nasaladan kada rapa’
Anta masakke mairi’
Marudindin sola nasang

E. Desa-desa yang Memiliki Badong
1. Badong to Nonongan
1. Le le le…
2. Tiromi tu tau tongan, tu to natampa deata
3. Umbai tonna dikombong, randuk dipangindenanni.
4. To tang dikandean essun,tang dileran bua kayu
5. To diparende bumbungan, to dikombong pare pulu’
6. To dadi laan pussakna, kombong imatalabona
7. Dikkan to malemo sau’, dikkan to membuleanmo
8. Lalan sang bamba naola, sang bua pengkaleakan
9. Mpellambi’ bambana mukkun, sola tondok to Mario
10. La sangtongkonan nene’na, sang esungan to dolona

2. Badong to Pangala’
1. Ambe’ki, umbamira sangtondokna, tomai sangsaroanna, sito’doan tarampakna?
2. Maiko anta unnondo, inde pangrante manikna
3. Ambe’ perangimo’ matin, inde nasangmo rapummu,sola mana’ sariummu
4. Perangiimoko batingmu, patananko talingammu, alenko pa’perangianmu.
5. Anna maleso murangi, tilanta’ lan talinganmu, alen lan pa’perangimmu.
6. Angki toloranko bating, anki ba’nangko Mario, angki eteng-etengangko.
7. Ba’tu la tetena bating,ba’tu lalanna Mario.
8. Sisalo-salo batingna, sikalamban mariona. Paningomu tommu pia, lollo’mu tommu baitti’, tommu randuk lelewai
9. Paningo disurasanmu, lollo’ dianggiloanmu, dibetau-tauammu.
10. Paningo disura’ seleng. Lollo’dimata bulayan.
11. Sundung sang tangkena bating, sangparayanna Mario.
12. La ditindok temmi bating, dialatemmi Mario.

3. Badong to Sa’dan
1. Maikotatannun bating, ta pan’ta’ rio-rio
2. Tiromi tu tau tongan, tu to natampa deata
3. Malulun padang na ola, ma’tin tombang na polalan
4. Tilea’ lembangmo lao’, ti rabun pa’taunanmo
5. Tang diruamodilambi’, direnden dikilalai
6. Inde dao to tungara, rintin to mennulu sau’, umpolo bintanna Sali
7. Matindo situang timbo, mamma’ soitonda patoke’
8. Daori tangana sondong, dao lisunna banua
9. Anna lendu’ daya mai, la messa’de banuami, la merreke’ tarmpakmi
10. Umpopani’-pani’ angin, umpolentek talimpuru’
11. Sumurruk susi burinti, Bali anakna betulang
12. Tangkan lentekna ;lumingka, tangkan tu’tun tarunona
13. Lendu’ titumbu tombinna, ti[ailan banderana, tilantuk baka buana.
14. Malemosituru’ gaun, sikaloli’ rambu roya
15. Sau’ tondok to Mario, pessulunan makarorrong
16. Tondok tangdukku apinna, tang disulun ruayana.
17. Tibaen rokko matampu’ diong kabotoan allo, kalambuna pidun-pidun
18. Bendan kalukumi diong, la ma’induk tumayangmi
19. Te’dek batangmi sarira, ambuyu’mo taraue, napolalan langan ;langi’ naola langan batara
20. Dadi deata mi dao, kombongmi to palullungan, patontongan dao mai, dambassan katiro-tiro
21. La umbengki’ tua’ sanda, paraya sanda mairi’
22. Lan tondok sangkaleleta, bamba ma’datu-datunta.

4. Badong to Kesu’
1. Umbai tonna dikombong, bunga’na dipangidenni
2. To tang dikandean essung, tang dilaeran bua kayu
3. To laen-laen dadinna, to senga’pangidenanna
4. Dikkan to melemo sau’, dikkan to membuleanmi
5. Na bala dambu ma’dandan, ullambi’rombena langi’
6. Ullambi’mo Pong Lalondong, undete’bambana mukkun
7. La sangbanua nene’na, la sang tondok to doona
8. Tang marendenkoka iko, tae’ka dale riomu?
9. Kami kami madandenkan, diki’to dallo rioki
10. Tibaen rokko matampu’, diong kalambunan allo
11. Bendan kalukumo diong, la ma’induk tumayangmo
12. La naola langan langi’, la kendek to palullungan.
13. Di tingara ke mangambo’, keumparokkoki banne
14. Lamendadi bunga’ ;lalan, lakombong bintoen tasak.
15. Ladadi dao pussakna, kombong ;lanmatalabona.

F. Badong Ditujukan kepada Siapa?






















BAB III
KESIMPULAN
Dengan melihat uraian pada Bab II di atas maka Kelompok menyimpulkan bahwa badong yang adalah salah satu adat Toraja yang dilakukan pada upacara kedukaan (rambu solo’). Badong merupakan tarian yang berisi ungkapan-ungkapan ratapan (bating) keluarga untuk mengenang, dan mengungkapkan riwayat hidup serta doa kepada almarhum/almarhumah. Setiap Desa yang ada di Toraja memiliki badong tersendiri namun bentuknya tidak terlalu berbeda jauh.
Sekali lagi kami sampaikan bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dank arena itu kami mohon dimaafkan, terlebih kalau ada uraian yang tidak sesui dengan apa yang sebenarnya dalam kehidupan masyarakat Toraja. Semoga makalh ini memberikan atau menambah pengetahuan para pembaca di sekitar Badong.

Selasa, 15 Juni 2010

persiapan Kamp



Makin dekatnya Kamp Paskah baik KAR dan PPGT maka pengurus memutuskan untuk latihan setiap hari untuk memaksimalkan persiapan, juga dana dan dukungan anggota jemaat.

Kamis, 03 Juni 2010

Keyakinan Diri


Sebuah kerinduan datang ketika kita bermimpi, semua yang dialami terekam pada saat tidur. Dalam keadaan tidur kita merasakan apa yang dirasakan waktu melakukan pekerjaan dan ketika akan melakukan pekerjaan apa yang dimimpikan akan nampak seikit dari apa yang di impikan. kadang dalam setiap mimpi menjadi dorongan yang paling dasar untuk melakukan kegiatan yang terjadi dan memengaruhi emosi dan ide yang ada dalam pikiran kita sehingga nampak dalam perilaku setiap hari.Angan-angan dan cita-cita serta emosi yang tinggi membuat orang yang memikirkan mimpinya akan tertekan dan melakukan perilaku yang tidak rasional. Sehingga kegiatannya setiaphari tanpa tujuan disertai rasa takut yang menyangkutkehidupan setiap pribadi.
keadaan ini dialami oleh orang yang terkena bencana, mereka hanya bisa psrah menerima kejadian yang terjadi penghayatan akan kemarahan alam sudah menipis. tak ada jawaban yang bisa diberikan, hanya penyesalan akan pelanggaran terhadap perilaku yang menyimpang yang menjadi pencarian yang terjadi. Tidak ada yang bisa menebak setiap kejadian yang terjadi, teknologipun tidak walaupun telah menggunakan perhitungan yang jitu toh bencana alam masih terjadi mengapa terjadi.
dalam lagunya E Biet G Ade mengatakan mari bertanya pada rumput yang bergoyang. Manusia harus sadar bahwa tanggungjawab alam ada ditangannya.