Retreat

Retreat
Paskah 7 April 2010

Golden Bridge

Kumpulan ide-ide kreatif yang dibangun untuk membangun masa depan pemuda yang semakin disukai Allah dan manusia.

Selasa, 07 Juni 2011

Etika dan Krisis Ekologis

Etika lingkungan bertolak dari refleksi mengenai perilaku manusia. Titik tolak dari etika lingkungan adalah hubungan antara alam atau ekologi dengan manusia. Pergumulan etika lingkungan adalah pemahaman manusia mengenai lingkungan dan bagaimana memainkan peran dalam mengelolah dan melestarikan lingkungan atau alam sekitar. Umat manusia saat ini diperhadapkan dengan teknologi canggih yang dipergunakan untuk mengelola alam demi memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi penggunaan alat canggih telah merusak ekosistem lingkungan di mana lingkungan tidak seimbang karena penggunaan festisida, pupuk kimia, serta teknologi lain. Penggunaan bahan-bahan hasil teknologi memang sangat menguntungkan manusia dari segi waktu, biaya dan tenaga tetapi di sisi lain merusak jaringan hidup mahluk lain di dalam bumi. Kerusakan terjadi karena kepentingan ekonomi yakni mengumpulkan kekayaan dalam waktu yang cepat dengan tekhnologi yang akurat tanpa menyoal kerusakan yang terjadi akibat penggunaan bahan kimia.
Perilaku manusia sebagai pribadi dituntut untuk bertindak baik dan tepat, dalam artian seseorang seharusnya hidup sebagai individu atau pribadi yang tidak terlepas dari bagaimana memeberlakukan yang lain. Sebab tindakan terhadap yang lain lahir dari keyakinan akan makna hidup yang dianut sesorang atau kelompok masyarakat. Sebaliknya perlakuan yang lain didasarkan pula pada penilaian tentang kedudukan yang lain dalam hubungan dengan pribadi atau individu. Menurut Otto Piper, kerusakan lingkungan berakar dalam filsafat yang membatasi etika pada hubungan interpersonal atau hubungan antar manusia sehingga hubungan manusia dengan alam tidak menjadi standar moral.
Hubungan manusia sejak industri adalah subjek-objek atau saya-benda, dalam artian benda memiliki arti tergantung penilaian manusia. Menurut Kung perlu ada paradigma etika baru yang disebutnya sebagai gabungan dari ekonomi rasional dengan dasar orientasi etis. Dengan adanya kemerosotan lingkungan manusia sadar dengan menata lingkungan dengan gerakan hidup etika baru, etika ekonomi yang terjalin dengan etika ekologi. Dengan memperkecil kesenjangan yang terjadi antara manusia dengan alam. Dalam etika lingkungan ada pelestarian yang mengusahakan pelestarian alam untuk kepentingan manusia dengan etika pemeliharaan yang mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua mahluk. Etika yang dikembangkan adalah :
 Etika Antroposentris
Etika lingkungan yang dikembangkan sebagai keadaan yang dipahami bahwa alam dipahami sebagai sumber untuk manusia tercipta untuk manusia dan bertujuan untuk manusia.
 Etika Ekosentris
Alam dipandang sebagai penopang kehidupan manusia tetapi bukan hanya manusia tetapi seluruh ciptaan.
Pendekatan yang memerhatikan seluruh ciptaan dan ekosistemnya serta kebutuhan yang ada akan menjaga keseimbangan hidup manusia. Dalam hal ini menghargai seluruh ciptaan. Sehingga pencemaran adalah gambaran rendahnya penghargaan manusia terhadap kehidupan. Karena ciptaan telah tercemar dan telah rusak maka yang dilakukan sekarang adalah mengendalikan diri dalam mengeksploitasi sumber daya alam, meminimalkan dan menghapuskan pencemaran serta mencegah pencemaran baru. Gerakan mengembalikan alam pada fungsi awalnya dan proses daur ulang dan minimalkan kerusakan adalah perilaku untuk menjaga kesejahteraan bersama.
Refleksi Pribadi
Siklus ekosistem baik di air maupun di daratan atau di udara, perlu mendapat perhatian penting utamanya dalam menata kelangsungan hidup di alam raya ini. Bahwa bila satu mata rantai terputus maka akan mengakibatkan kerusakan pada mata rantai yang lainnya. Bila satu komunitas terganggu, maka akan berdampak pada komunitas lainnya. Sebab itu tidaklah mengherankan bila terjadi hal-hal yang tidak terduga sebelumnya. Misalnya terjadinya longsor, hal ini depat terjadi karena system jaringan dalam tanah telah mengalami keruskan, kerusakan ini terjadi akibat misalnya; zat kimia yang dipakai manusia untuk tanaman. Pengrusakan alam yang terus-menerus terjadi entahkah itu disadari atau tidak, di mana manusialah yang paling banyak berperan di dalamnya, itu terjadi karena kurangnya kesadaran dalam mengelolah alam yang mestinya disyukuri sebagai pemberian yang sungguh sangat berarti karena hal ini menyangkut kelangsungan hidup makhluk hidup dan manusialah penatanya. Efek dari kerusakan alam kini semakin terasa, dan hal itu harusnya semakin mengajak kepada kita untuk menghindari hal-hal yang semakin parah lagi. Sebab itu beberapa upaya pemerintah dalam menaggulangi masalah ini perlunya mendapat dukungan dari pihak masyarakat. Seperti program “go green” yang dicanangkan pemerintah khususnya di Indonesia, dan bukan hanya sekedar mendukung tetapi terlibat aktif di dalamnya. Di Toraja misalnya, penanganan sampah perlu mendapat perhatian dan yang yang paling utama adalah kesadaran semua masyarakat untuk memenpatkan sampah pada tempatnya. Dalam hal ini gereja haruslah menyatakan sikap, baik itu secara lembaga maupun itu person, dan bersedia memulai hal yang baru demi sebuah perubahan demi terjalinnya siklus mata rantai ekosistem yang satu dengan yang yang lainnya untuk sebuah kelangsungan hidup ciptaan di alam semesta ini. Sebagaimana teks dalam Markus16:15 mengatakan: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk…” Bahwa makhluk lainnya pun perlu mendapat damai dan sejahtera. Sebab itu tugas khususnya selaku orang Kristen adalah mewujudkan syalom itu kepada ciptaan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar