Retreat

Retreat
Paskah 7 April 2010

Golden Bridge

Kumpulan ide-ide kreatif yang dibangun untuk membangun masa depan pemuda yang semakin disukai Allah dan manusia.

Sabtu, 11 September 2010

GERAKAN FAITH AND ORDER

Latar Belakang Munculnya faith and Order
Berawal dari konferensi pekabaran Injil sedunia mengenai Iman dan Tata Gereja dipelopori oleh Charles H Brent (1862-1929) seorang uskup dari Protestant Episcopal Church di Amerika, juga pernah menjadi Uskup Protestant Episcopal di Filipina (1902-1918) yang terkenal karena melawan perdagangan opium. Ia mulai mendorong gerejanya untuk melakukan sesuatu yang dapat membuka jalan bagi keesaan gereja. Pada tahun 1910 gerejanya kemudian menunjuk suatu panitia yang akan mengundang gereja-gereja lain untuk membicarakan persoalan iman dan Tata Gereja untuk mencari jalan menuju keesaan gereja, dimana Brent menjadi ketua dan Robert H Gardiner (1855-11924) seorang awam (pengacara) yang sangat berjasa bagi Gerakan Faith and Order menjadi sekretaris. Brent kemudian mengusulkan untuk mengadakan suatu konferensi yang bertujuan “to prepare the climate for the full visible unity of the church” (mempersiapkan jalan bagi keesaan gereja yang nyata secara penuh).Rumusan tujuan tersebut sangat dipengaruhi Lambeth Quadrilateral (Segi empat lambeth) sebagai hasil dari Konferensi Lambeth (konferensi uskup untuk seluruh Anglikan Comunion)ke 3 pada tahun 1888. Konferensi Lambeth mencantumkan empat hal yang menggabungkan Gereja-gereja Anglikan yakni:
Alkitab sebagai ukuran iman
Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel
Kedua sakramen, Baptisan dan Perjamuan Kudus
Jabatan uskup yang historis
Hal ini menjadi sumbangan penting Anglican Communion bagi Gerakan Faith and Order. Karena itu Brent menilai gerejanya sebagai titik permulaan bagi Gerkan Faith and Order. Panitia yang telah dibentuk kemudian mulai melaksanakan tugasnya dengan mengundang gereja-gereja, dan juga banyak gereja yang juga kemudian mengirimkan wakilnya untuk melibatka diri dalam pekerjaan panitia Episkopal. Pada tahun 1912 panitia mengunjungi gereja-gereja Anglikan di inggris dan mendapat dukungan positif. Konferensi persiapan sempat diadakan di Amerika tetapi nanti setelah perang baru panitia bisa mengunjungi gereja-gereja lagi. Pada tahun 1919 delegasi Episcopal Church mengunjungi gereja-gereja di Eropa seperti gereja Anglikan, gereja Protestan dan juga gereja Ortodoks dan gereja Roma-Katholik, tetapi Gereja Roma- Katolik tidak mau ikut karena paus menggap diri sebagai lambang keesaan gereja yang terwujud dalam gereja Roma-Katholik. Gereja ortodok juga memberi respon positif kecuali gereja ortodoks di Rusia yang sedang menderita karena revolusi Komunis di negara tersebut, begitupun dengan gereja Protestan kecuali di Jerman, tetapi sekalipun gereja Protestan di Jerman tidak ikut secara resmi tetapi ada teolog Jerman yang hadir secara pribadi. Pada tanggal 12-20 Agustus 1920 diadakan konferensi persiapan sedunia mengenai Iman dan Tata Gereja yang dihadiri oleh wakil dari 70 gereja dari 40 negara termasuk gereja Ortodoks. Dalam konferensi ini ditunjuk Continuation Committee yang diketuai oleh Brent dan Gardiner sebagai sekretaris untuk mempersiapkan konferensi sedunia.
Konferensi Faith and Order I di Lausanne
Pada tanggal 3-20 Agustus 1927 diadakanlah Konferensi I Faith and Order di Lausanne, Swiss dan Brent sebagai ketua dan A. E Garvie sebagai wakil ketua. Konferensi ini dihadiri oleh 394 orang, sebagian besar wakil dari 108 gereja dari semua latar belakang konfesional kecuali gereja Roma-Katholik. Ada tujuh pokok yang telah dipersipkan oleh Continuation Committee Jenewa yang dibicarakan yakni:
a.The call to unity (panggilan untuk keesaan)
b.The church message to the world-the gospel (amanat gereja bagi dunia-Injil)
c.The nature of the church (sifat gereja)
d.The church common comfesion of faith (pengakuan iman bersama gereja)
e.The churches ministry (pelayanan gereja)
f.The sacraments (sakramen-sakramen)
g.The unity of the Christendom and the place of the different churches in it (keesaan kekristenan dan tempat gereja-gereja yang berbeda di dalamnya)
Pokok-pokok diatas kembali dibahas dalan konferensi pekabaran Injil se-dunia di Yerusalem (1928) dan juga diambil alih oleh Church of Christ in China di dalam anggaran dasar sebagai pengakuan iman. Dalam konferensi ini ditunjuk lagi Continuation Committee untuk mempersiapkan konferensi berikutnya dan juga diputuskan untuk mencari hubungan kerjasama dengan Gerakan Life and Work. Pada tahun 1929 meninggal dunia maka Continuation committee Lausanne memilih William Temple (1881-1944) sebagai ketua. Temple adalah seorang imam Gereja Anglikan di Inggris dan pernah menjadi uskup di York (1929) dan Canterburry (1942). Karena usaha Temple jugalah sehingga gerakan Life and Work dan gerakan Faith and Order menjadi dekat dan akhirnya dapat tergabung dalam Dewan Gereja-gereja Sedunia. Hal yang menarik dalam tahun-tahun selanjutnya adalah munculnya ide “comparative eccleciology” yakni pembandingan ajaran-ajaran dan tata gereja masing-masing sehingga dapat ditemukan ide dasariah yabng dapat diterima oleh semua gereja.
Konferensi Faith and Order II di Edinburgh
Pada tanggal 3-18 Agustus 1937 diadakanlah Konferensi Faith and Order ke 2 di Edinburgh dan dihadiri oleh 504 peserta terdiri dari 443 wakil resmi dari gereja dan tamu-tamu. Konferensi ini diketuai oleh William Temple. Pokok-poko yang dibicarakan antara lain:
1.The grace of our Lord Jesus CHRIST (kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus)
2.The church of Christ and the word of God (gereja Kristus dan firman Allah)
3.The church of Christ: ministry and sacrament (gereja Kristus: pelayanan dan sakramen)
4.The church unity in life and worship (keesaan gereja dalam kehidupan dan pekerjaan)
5.The communion of saints (persekutuan orang-orang kudus)
Pembicaraan dan suasana dalam konferensi Faith and Order lebih terbuka, tentang kasih karunia Kristus tercapai kesepakatan tetapi ekklesiologi tetap menjadi topik yang hangat. Tetapi akhirnya tercapai kesepakatan di antara gereja-gereja bahwa di dalam Yesus Kristus, keesaan yang sedang dicari oleh gereja-gereja sudah tersedia, karena itu tugas gereja untuk mewujudkan kembali keesaaan itu. Di Edinburgh dibahas juga usul untuk mendirikan bersama suatu dewan gereja-gereja sedunia.
Tadlow, teolog dari Gereja Anglikan yang terlibat dalam Gerakan Faith and Order sebelum Perang Dunia Kedunia menyebutkan 12 hasil dari Konferensi Faith and Order, yakni:
1.Faith and order berhasil menciptakan suasana dimana wakil-wakli dari gereja-gereja yang berbeda dapat mendiskusikan bersama pokok-pokok yang sensitife,
2.Peserta konferensi Faith and Order mengalami keesaan rohani dalam Kristus, tanda Una Sancta (gereja yang satu dan kudus) dikejar,
3.Faith and Order menyadarkan para peserta bahwa perpecahan gerejani bukan kebiasaan tetapi dosa,
4.Dimulai proses perkenalan, orang belajar mengenai tradisi-tradisi gerejani yang sangat berbeda dari gereja asal mereka dan sekaligus menyadari dengan lebih warisan gereja sendiri,
5.Bertumbuh kesadaran bahwa di belakang perbedaan-perbedaan dasar ada keesaan seperti menjadi nyata dalam penyataan-pernyataan yang dikeluarkan Lausanne dan Edinburgh
6.Pernyataan ini bukan hasil kompromi sebab perbedaan tidak disembunikan,
7.ternyata sulit bagi gereja-gereja untuk merumuskan perbedaan-perbedaanmereka, namun jelas bahwa gereja, jabatan serta sakramen dan kasih karunia merupakan perdsolalan pokok,
8.Yang menjadikan diskusi mengenai pokok-pokok d atas sulit adalah kenyataan bahwa teologi gereja berakar dalam kehidupannya. Orang tidak dapat mengerti teologi gereja lain, kalau mereka tidak ikut serta dalam kehidupannya,
9.Berhubungan dengan itu semakin disadari bahwa falktor-faktor non-teologis (historis, sosial, ekonomi, etnis) memainkan peranan penting dalam perbedaan-perbedaan antar gereja,
10.Karena pengaruh faktor-faktor non-teologis ini, maka sulit untuk menentukan sampai dimana diskusi-diskusi teologi dalam konferensi faith and order memajukan persatuan antara gereja-gereja dan memainkan peranan dalam persatuan yang terjadi,
11.Faith and Order memajukan hubungan oikumenis diantara teolog-teolog dari gereja-gereja yang berbeda,
12.Gerakan Faith and Order memperlihatkan perkembangan-perkembangan menuju keesaan yang terjadi di banyak gereja yang masih terpisah.
`Secara umum sumbangan luar biasa dari gerakan Faith and Order adalah bahwa tumbuh kesadaran bahwa semua gereja adalah bagian dari Una Sancta dan bahwa di dalam Yesus Kristus, kepala Una Sancta, terdapat titik persatuan yang tidak dapt diabaikan dan hal ini memberi warna lain kepada diskusi-diskusi teologis yang sebelumnya tidak ada, secara khusus hasil konferensi Faith and Order mengenai hakekat dan panggilan gereja dapat menjadi bahan intropeksi diri bagi gereja-gereja Protestan untuk meninjau kembali sejarah mereka sebagai gereja-gereja suku.

oleh: Ardi Lulun. Mah. STT Gereja Toraja. di Edit dan di publikasikan Oleh Ezra Tari, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar