Retreat

Retreat
Paskah 7 April 2010

Golden Bridge

Kumpulan ide-ide kreatif yang dibangun untuk membangun masa depan pemuda yang semakin disukai Allah dan manusia.

Minggu, 12 September 2010

PENINGKATAN EKONOMI JEMAAT


Tinjauan Teologis-Praktis tentang Faktor-faktor yang Memengaruhi Peningkatan Ekonomi Jemaat di Jemaat Tampo










Skripsi

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Toraja Sebagai Syarat untuk Memeroleh Gelar Sarjana Teologi



Oleh


HERLINA MANDA’
NIRM : 20041866


SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI TORAJA
2007

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sejak dahulu kala ekonomi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, tetapi kenyataannya itu tidak disadari dengan baik. Sudah lama gereja tidak mencurahkan perhatian dan pemeliharaan kepada ekonomi, padahal ekonomi merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu Allah menciptakan segala sesuatu (Kej 1-2), ini berarti bahwa Allah adalah sumber, penguasa, dan pemilik satu-satunya dari segala yang diciptakan-Nya. Maka secara hakiki tidak ada satu bagian pun dalam kehidupan manusia yang terlepas dari Allah dan mempunyai hak untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Tak ada satu pun yang benar-benar bebas sepenuhnya, yang berdiri sendiri serta sama sekali terlepas dari orang lain, apalagi terlepas dari Allah , maksudnya bahwa manusia diberikan wewenang untuk memanfaatkan segala yang ada dalam dunia dengan penuh rasa tanggung jawab.
Dengan demikian ekonomi merupakan sektor kehidupan manusia dan ekonomi juga merupakan salah satu fungsi dalam kehidupan manusia yang dipakai untuk melayani dan mewujudkan kehendak Allah dalam penciptaannya sebagai makhluk ciptaan. Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun seluruh sikap dan tingkah laku serta tindakan ekonomi haruslah diarahkan dan ditujukan kepada Allah dan kesejahteraan seluruh ciptaan-Nya.
Sebagaimana manusia diciptakan sebagai gambar dan rupa Allah (Kej 1:27), maka mereka diberikan tugas dan tanggung jawab untuk mengelola, memelihara, dan melestarikan ciptaan Allah (Kej 1:26-28; Mzm 8) sehingga manusia mempunyai harkat dan martabat yang terhormat.
Harkat dan martabat ini tidak boleh dicabut oleh siapa pun kecuali Allah. Manusia adalah individu yang memperoleh individualitas yang penuh dalam keterhubungan yang lain yaitu dengan Allah, sesama, alam, dan dengan dirinya sendiri .
Ketika manusia jatuh kedalam dosa, maka hubungan manusia dengan Allah, sesama, lingkungan, alam, dan dirinya sendiri telah rusak sehingga kita telah kehilangan individualitas yang pernah dialami dalam membedakan satu dengan yang lainnya. Manusia mampu mengetahui yang baik, menginginkan yang baik, tetapi karena dosa manusia maka sesuatu yang baik itu terdapat juga yang jahat. Hal inilah yang membuat manusia bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidupnya karena manusia tidak merasakan kebahagiaan bila ekonominya tidak terpenuhi.
Dalam rangka membangun Jemaat, salah satu upaya yang dilakukan gereja adalah memberikan perhatian khusus pada ekonomi seperti cara memelihara ternak, bercocok tanam, memberdayakan seluruh pelaku ekonomi. Dengan adanya Kerja sama yang baik antara gereja dan masyarakat maka terciptalah kerukunan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Semua ini dilakukan atas dasar kesadaran bahwa perekonomian turut mengambil bagian dalam perkembangan warga gereja namun dalam kehidupan berjemaat masih ada warga Jemaat belum mampu menikmati kehidupan sejahtera bukan karena kekurangan sumber daya alam melainkan tidak tahu mengolah kekayaan alam yang tersedia disekitarnya. Oleh karena itu pelayan (pendeta) sangat perlu memperlengkapi dirinya bukan hanya dengan pengetahuan tetapi juga keterampilan yang menjadi penunjang dalam pelayanan di Jemaat.
Seperti yang terjadi dahulu di Jemaat Tampo, bahwa mereka kaya akan sumber daya alam tetapi kurangnya pembinaan, maka mereka tidak tahu mengelola akan sumber daya alam itu sehingga kebutuhan hidupnya tidak meningkat tetapi dengan hadirnya seorang pelayan (pendeta) yang mempunyai keterampilan, maka kehidupan Jemaat di Tampo meningkat. Hal ini berkaitan dengan bentuk kegiatan yang diberikan sangat tepat menjawab setiap permasalahan dan tuntutan yang ada dalam Jemaat dan masyarakat Tampo, bukan hanya membina rohani, mental, dan etika lewat khotbah dan pelayanan pastoral tetapi juga mampu memotivasi Jemaat atau masyarakat dalam menggali potensi yang ada untuk mengembangkan dan meningkatkan taraf hidupnya. Hal ini nampak dalam kehidupan sehari-hari, mereka tekun bekerja bahkan mereka sudah dua kali beribadah pada hari minggu. Karena semakin meningkatnya ekonomi maka kualitas Jemaat pun meningkat. Dengan mengamati masalah ini penulis ingin melihat faktor-faktor penentu dalam peningkatan ekonomi Jemaat Tampo dan sejauh mana peran gereja untuk peningkatan ekonomi itu.

B. RUMUSAN MASALAH
Sebagaimana yang telah dilukiskan dalam latar belakang diatas, maka penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa yang menentukan peningkatan ekonomi Jemaat Tampo.
2. Sejauh mana peran gereja dalam peningkatan ekonomi.



C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui faktor-faktor penentu peningkatan ekonomi Jemaat Tampo.
2. Untuk mengetahui sejauh mana peran gereja dalam peningkatan ekonomi.

D. HIPOTESA
Diduga bahwa faktor-faktor yang mendukung peningkatan ekonomi menyangkut persepsi terhadap kerja, maka kebutuhan hidup Jemaat pun terpenuhi, dan kualitas Jemaat meningkat. Kemudian gereja turut berperan dalam peningkatan mutu kerja maka pertumbuhan iman semakin meningkat.

E. METODE PENELITIAN
1. Pustaka
2. Penelitian Lapangan melalui observasi dan wawancara

F. SIGNIFIKANSI PENELITIAN
1. Signifikansi Akademik
Tulisan ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang mendalami atau mempelajari bidang teologi.
2. Signifikansi Praksis
Penulis ini memiliki suatu harapan bahwa dengan hadirnya penulisan ini akan bermanfaat bagi pembaca.

G. KERANGKA/SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Signifikansi Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Pengertian Ekonomi secara umum dan pandangan Iman Kristen mengenai Ekonomi baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam perjanjian Baru, serta faktor-faktor Peningkatan Ekonomi.
BAB III : Ekonomi-ekonomi Jemaat
BAB IV : Pemaparan Hasil Penelitian dan Analisis
BAB V : Kesimpulan dan Saran.





BAB II

EKONOMI


A. Pengertian Ekonomi
1. Ekonomi
Istilah “Ekonomi” berasal dari dua kata Yunani yaitu Oikos yang berarti rumah atau rumah tangga dan Nomos yang berarti aturan atau adat. Oikonomia berarti penatalayanan atau manajemen suatu rumah tangga. Pada awalnya ekonomi berarti manajemen, tatacara, mengatur barang-barang dalam rumah tangga, sebagaimana bahan-bahan makanan diproduksi dan dibagi-bagikan kepada masyarakat digunakan demi kesejahteraan para anggota rumah tangga. Jadi ekonomi itu bukanlah merupakan suatu realitas yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu cara untuk mempertimbangakan realitas sosial dan masyarakat dalam hubungan dan harapan setiap orang.
2. Ilmu Ekonomi sebagai Ilmu Sosial
Ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berdaya upaya untuk memberitakan pengertian tentang gejala-gejala masyarakat yang timbul Karena perbuatan manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan atau kemakmuran. Sedangkan ilmu sosial adalah ilmu tentang manusia serta masyarakat yang sekelompok manusa hidup didalamnya.

3. Lahirnya Ilmu Ekonomi
Adam Smith adalah seorang Ahli Ekonomi, dan menurutnya bahwa ekonomi lahir pada tahun 1976. ia berpendapat bahwa kekayaan lahir bukan dari perdagangan dan tanah tetapi mereka mengatakan bahwa itu datangnya dari kerja manusia dan karena usaha manusialah maka perdagangan dan pertanian itu ada. Hampir semua sumber daya alam harus diubah terlebih dahulu oleh usaha atau kerja manusia agar dinikmati karena tanpa usaha semua sumber daya alam tidak akan bernilai sama sekali.
4. Pentingnya Ilmu Ekonomi
Untuk mengetahui tentang pentingnya ilmu ekonomi maka ilmu ekonomi dibagi atas tiga manfaat yaitu:
- Manfaat ilmu ekonomi untuk perorangan (individu) setiap manusia menginginkan hidupnya sejahtera, walaupun memiliki hidup yang berbeda-beda tetapi mereka tetap menginginkan kebahagiaan.
- Manfaat ilmu ekonomi bagi dunia usaha. Pada dasarnya tujuan hidup seseorang adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam usahanya untuk mencapai tujuan itu maka ia memastikan bentuk pasar yang akan dihadapi.
- Manfaat ilmu ekonomi untuk bangsa dan Negara. Hal ini sangat penting karena bangsa dan Negara bersaing untuk memperjuangkan ekonominya masing-masing agar bangsanya tidak miskin.
5. Kegiatan Ekonomi
Kegiatan ekonomi pada umumnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia terutama kebutuhan primer, atau kegiatan ekonomi merupakan usaha yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup demi mewujudkan kemakmuran. Ada tiga macam kegiatan ekonomi yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan tidak terpisahkan.
a. Produksi, kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan masalah penciptaan atau peningkatan nilai, guna suatu barang dan jasa.
b. Distribusi, yaitu kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan masalah penyaluran hasil produksi dari produsen kepada konsumen baik distribusi cara pendek maupun cara panjang.
c. Konsumsi, ialah kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan penggunaan atau pemanfaatan barang dan jasa hasil produksi baik secara bertahap maupun sekaligus.


6. Pelaku Ekonomi
Dalam memproduksi barang dan jasa, maka pihak perusahaan memerlukan faktor-faktor produksi, dalam hal ini yang dimiliki oleh rumah tangga. Untuk mendapatkan barang dan jasa itu, maka rumah tangga harus memiliki yang dipakai untuk menukarkan barang itu. Dengan demikian pelaku ekonomi menjadi empat yaitu:
1. Perusahaan berperan dalam perekonomian sebagai produsan menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen kemudian disalurkan barang dan jasa itu.
2. Rumah tangga berperan untuk mengkonsumsi barang dan jasa.
3. pemerintah sekaligus sebagai produsen, dalam arti bahwa pemerintah menggunakan barang dan jasa sebagai hasil produksi.
4. Masyarakat luar negeri berperan sebagai konsumen dan produsen dalam kegiatan ekonomi.

Diantara kelompok pelaku ekonomi terjadi hubungan karena mereka saling membutuhkan sehingga terjadi Kerja sama dalam kegiatan ekonomi yang menggambarkan adanya arus barang yang mengalir kepada masing-masing pelaku ekonomi.

B. Ekonomi Menurut Iman Kristen
Berbicara tentang ekonomi, maka hal ini tidak terlepas dari manusia karena ekonomi merupakan kebutuhan manusia oleh sebab itu gereja harus mempunyai misi tentang kehidupan yang sejahtera. Misi ini harus dikaitkan dengan prinsip ekonomi yang lain dengan perjuangan mempertahankan hidup manusia dalam mencapai kemakmuran.
Jadi ekonomi menurut Iman Kristen sebagaimana yang disaksikan dalam Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru bahwa harus bekerja keras atau berusaha mempertahankan kehidupannya. Prinsip ekonomi tersebut berkaitan langsung dengan kesaksian Firman Allah. Hal itu nampak dalam penekanan Alkitab tentang kerja dan pelayanan kasih (bnd Kej 3:17-19, Ams 6:1-11, Gal 6:1-10, Yoh 6:27, II Tes 3:1-5, Yak 2:17). Dalam bab ini penulis hendak mengkaji tentang Ekonomi menurut Iman Kristen yang berdasarkan Alkitab sebagai Firman Allah.

1. Ekonomi Dalam Perjanjian Lama
Kerja adalah hakekat manusia yang diciptakan Allah. Manusia diciptakan tidak untuk menganggur, berdiam diri atau malas tetapi manusia diciptakan untuk bergiat, untuk berkarya dan untuk rajin. Dalam cerita penciptaan manusia diberikan mandat untuk bekerja (Kej 1:28;2:15). Manusia diciptakan untuk sibuk untuk rajin. Itulah sebabnya dimana-mana dalam Alkitab, para pemalas itu dikecam, bahkan dianggap manusia tak berguna atau manusia tak pantas diberi makan. Dalam Amsal Salomo, dikatakan bahwa kemalasan membawa malapetaka dan kemiskinan (Ams. 19:15). Oleh karena itu manusia diberikan mandat untuk mengelola dan memelihara ciptaan Allah dengan rasa tanggung jawab, maka manusia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam Alkitab dikatakan bahwa orang yang bekerja akan dipuaskan oleh hasil tangan dan pikiran mereka sendiri. Dalam setiap jerih payah ada keuntungan (Ams. 14:23), sebab Allah sendiri yang memberikan tanggung jawab kepada manusia untuk bekerja bagi kehidupannya (Kej 3:17-19, Kel 2:9, Mzm 104:23, 2 Tes 3:10).
Allah menginginkan agar umat-Nya hidup dalam kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan, sebagai tanda bahwa Tuhan senantiasa peduli terhadap kebutuhan jasmani umat-Nya, dan selalu menyayangi mereka. Sehingga Tuhan menciptakan segala jenis buah-buahan sebagai makanan manusia (Kej 2:9), tetapi karena manusia sendiri yang membuat hidupnya menderita maka ia melanggar perintah Tuhan. Walaupun manusia telah jatuh kedalam dosa, tetapi Allah masih tetap peduli kepada mereka.
Ketika bangsa Israel berada di padang gurun, Allah tidak membiarkan umat-Nya lapar sehingga menurunkan hujan roti bagi mereka (Kel 16:12)., saat Elia sedang dalam keadaan lapar, malaikat Tuhan datang mengantarkan makanan dan minuman (I Raj 19:5). Ini berarti Allah peduli kepada umat-Nya yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya. Namun dalam peraturan bangsa Israel ada dua hal pokok yang ditekankan antara lain: persamaan derajat bagi semua warga Negara, di depan hukum (Kej 21:23-25; Ul 19:21, Im 21:19), dan yang kedua, ada penghargaan baru atas kehidupan manusia. Hidup manusia lebih berharga daripada kekayaan, perhatian terhadap orang miskin dan lemah (Kel 21:2-26; 22:21-24; 23:6, Im 12:47, Ul 15:12).
Walaupun di dalam Perjanjian Lama tidak ada istilah: “Penatalayanan” tetapi dalam terjemahan Perjanjian Lama bahasa Yunani dipakai istilah “Oikonomos” untuk orang yang bertanggungjawab atas urusan-urusan rumah tangga. Misalnya Musa adalah orang yang diberikan kepercayaan untuk menjadi “Oikonomos” bagi seluruh rumah tangga Israel (Bil 12:7-8), artinya orang yang bertanggungjawab kepada Allah atas penatalayanan dan pemimpin atas semua urusan umat Israel.
2. Ekonomi dalam Perjanjian Baru
Kristus adalah keselamatan bagi dunia. Keselamatan dipahami sebagai pembaruan dari kehidupan, peningkatan manusia yang baru dalam kepenuhan Allah (Kol 2:9), manusia telah diperbarui menjadi manusia baru harus mewujudkannya dalam kehidupannya baik dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Persekutuan baru ini dikenal sebagai gereja yang dberikan tugas dan tanggung jawab untuk memberitakan kabar baik kepada semua makhluk ciptaan Tuhan. Hakekat gereja bertujuan menghadirkan syalom kepada umat manusia.
Jika manusia belum sejahtera maka kebutuhan ekonominya belum terpenuhi dan damai itu belum ada atau belum dirasakan. Oleh sebab itu gereja harus mengambil sikap bijaksana dalam meningkatkan perekonomian atau kebutuhan jasmani manusia. Karena ekonomi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang mendasar. Tujuan dari kesadaran gereja adalah diakonia, yang lebih cenderung kepada hal ekonomi sebagai bagian dari misi gereja. Namun misi itu tidak mutlak dilihat sebagai kesempatan untuk memperluas gereja tetapi sebagai jalan untuk melanjutkan kehadapan Kristus dalam hidup umat manusia.
Dalam ajaran Yesus, Allah sendiri menggambarkan dan meringkaskan kesepuluh hukum atau dasa titah serta menempatkannya sebagai hukum kedua (Mat 22:39). Hukum ini merupakan dasar bagi gereja untuk ikut berpartisipasi dalam rangka peningkatan kebutuhan ekonomi manusia.
Ketika Yesus masih berada dalam dunia, Ia selalu memperlihatkan sikap kepedulian terhadap masalah-masalah sosial dan ekonomi, masalah Ia memberi makan kepada orang banyak (Mat 14:13-21, Mrk 6:30-44;Luk 9:10-17; Yoh 6:1-13), dan selalu memberi perhatian khusus kepada orang-orang miskin dan lemah.
Ditinjau dari segi penatalayanan dalam ajaran Yesus, Eka melihat ekonomi sebagai perwujudan Allah yang lebih dipahami dengan istilah “Penatalayanan”. Ia sadar bahwa istilah penatalayanan tidak ada dalam Perjanjian Lama, namun erat hubungannya dengan tanggung jawab atas urusan rumah tangga. Eka menghubungkan dengan ajaran Yesus bahwa Allah adalah Tuan dan manusia adalah hamba-hamba yang diberikan tugas dan tanggung jawab mengatur urusan rumah tangga, seluruh kuasa ada pada tangan Allah, dan manusia bertanggung jawab penuh kepadanya. Dan ekonomi yang sukses adalah ekonomi yang berhasil melayani kepentingan rakyat
a. Yesus Dalam Penatalayanan
Ajaran Yesus mengenai para murid sebagai penatalayanan, Ia mengemukakan melalui beberapa perumpamaan didalam ketiga injil sinoptik, bahwa Allah adalah tuan rumah dan manusia adalah hamba-hamba yang diberikan tugas mengatur urusan rumah tangga. Dan manusia dilarang mempertuhankan kekayaan dunia yang akan rusak dan binasa, lalu melupakan kekayaan sorgawi yang sejati dan abadi. Yesus melihat kekayaan sebagai penggoda dan mempersulit orang masuk ke dalam sorga bila, dijadikan tujuan diri dan sebagai tempat bergantung.
Dalam Lukas 12:15, Mat 6:21, dimana Yesus bukanlah seorang asketis yang menolak dan menghindari kekayaan dan kenikmatan duniawi (Mat 14:13-21), bnd Luk 19:12-27), melainkan memberikan dukungan akan hal itu. Dan Yesus menggambarkan penatalayanan sebagai bagian utuh dari tujuan kedatangan-Nya dengan mengatakan :
“Anak manusia yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, dan untuk meberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang”. (Mrk 10:45)

Ia menyadari bahwa tugas penatalayanan yang sedang dilaksanakan-Nya adalah “tugas yang diterima dari Bapa” (Yoh 7:16-18, 29:4, 12:49-50;6:37-40). Tugas ini merupakan tanggung jawab yang dipercayakan Bapa kepada-Nya yang harus dilaksanakan secara menyeluruh dan penuh rasa tanggung jawab. Dan dalam Matius 15:32-39, Mrk 6:30-44, dimana Yesus sangat peduli terhadap umat-Nya yang menderita.
Untuk memahami penatalayanan Yesus Kristus maka segala sesuatu yang dibuat dan diajarkan oleh Yesus (Luk 1:1-14, Kis 1:1-3), memberikan penekanan yang jelas atas tugas penatalayanan Allah yang sedang diembannya. Dengan demikian pengertian penatalayanan Yesus Kristus adalah bertujuan untuk memberitakan Kerajaan Allah, (Mat 4:12-17; Luk 4:14-15; Mrk 1:14-15), tujuan ini berarti melaksanakan misi penguasaan dan pemerintahan Allah secara baru melalui pertobatan dan Iman atas dasar kasih.
Dari ayat-ayat Alkitab yang tercantum diatas menyimpulkan bahwa bagi Yesus penatalayanan itu sangat penting bagi rumah tangga Allah untuk menata keseimbangan antara hal duniawi dan hal surgawi.
b. Paulus dalam Penatalayanan
Pokok ajaran Paulus terletak pada pandangan dan tujuan dari keuntungan, bukan merupakan tujuan akhir. Demikian pula dengan ibadah bukan hanya sebagai sarana untuk memperoleh keuntungan tetapi sebagai ucapan syukur kepada Allah. Eka mengemukakan bahwa yang penting bagi kita disini ialah :
“Kita harus memberi makna rohani bagi kegiatan ekonomi dan bisnis, tetapi jangan sekali-kali memberi makna ekonomi dan bisnis bagi kegiatan-kegiatan rohani kita, yang bisnis kita rohanikan tetapi yang rohani jangan kita bisniskan”.

Hal ini merupakan sebuah peringatan bagi orang-orang zaman sekarang karena injil sering diperlakukan sebagai bahan bisnis, mereka memberitakan injil untuk mendapatkan keuntungan atau imbalan. Paulus menolak hal ini bukan karena ia tidak berhak untuk menerimanya tetapi ia ingin agar orang mengetahui bahwa ia mengabarkan injil bukan untuk mencari keuntungan. Pemikiran Paulus ini tercermin dalam Timotius 4:5, karena yang kita miliki telah dikuduskan oleh Firman Allah dan doa, ini berarti bahwa kita harus bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab dalam pelayanan bukan hanya bekerja karena upah, begitu pula dalam I Kor 4:11-12. Dan anggaplah itu sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri, dan bekerja dengan tangan seperti yang telah kami pesankan kepadamu sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan dimata orang luar dan tidak bergantung pada mereka, ini berarti bahwa bekerja adalah memuliakan Allah dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Oleh karena itu dengan tegas rasul Paulus menulis surat kepada Jemaat di Tesalonika bahwa “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan” (2 Tes 3:10). Karena sering orang mengabaikan kesetiaan kepada pekerjaan, ini tidak hanya bertentangan dengan peraturan pemecahan soal makanan tetapi juga melanggar peraturan Tuhan tentang kasih kepada sesama manusia. Oleh karena itu Rasul Paulus sangat tekun dalam memberitakan injil kepada Jemaat di Tesalonika, supaya mereka bekerja dengan baik, dan menasihati orang yang malas agar mereka bisa memperbaiki hidupnya melalui kerja, sehingga mereka tidak hanya bergantung kepada orang lain, tetapi mereka bisa mandiri. Karena melalui kerja maka ekonomi dapat meningkat.

Dalam kitab suci, pokok-pokok ekonomi dibahas dalam mengatur kegiatan tentang pembatasan pembelian dan penjualan barang-barang pembudidayaan lahan (tanah) dan peternakan. Kitab taurat menempatkan semua kegiatan ekonomi dalam rangka hubungan perjanjian umat Israel dengan Allah, misalnya perhatian terhadap orang miskin (Kel 23:6, 15:7-11), untuk orang asing (Kel 21:2-24); untuk anak-anak yatim dan janda-janda (UL 24:19-22), dan untuk lingkungan (Im 25:1-8), aturan tahun Yobel dimaksudkan untuk melepaskan hubungan ekonomi dalam perbudakan dari kemiskinan (Im 25:8-55).
Kesaksian-kesaksian kitab suci diatas menunjukkan bahwa dalam hubungan dengan dunia dan masyarakat berpihak kepada orang-orang yang menderita sehingga cara kita mencermati kehadiran karya Allah dalam kehidupan warga Jemaat dan kehidupan umat manusia umumnya masyarakat. Itu perlu memahami keterlibatan Allah sebagai suatu mandat dalam kehidupan ekonomi.
Oikonomia berpihak pada mereka yang miskin, yang lemah dan yang tertindas, ini merupakan suatu panggilan. Dalam oikonomia kehendak Tuhanlah yang menjadi landasan bukan keinginan manusia. Nilai-nilai ekonomi harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai etis dan moral serta spiritual ilahi yaitu yang telah menyatakan keberpihakan–Nya kepada mereka yang miskin dan menderita.
Untuk menata kehidupan berjemaat, gereja harus berupaya memberikan pemahaman kepada warga Jemaat tentang pentingnya kerja sebagai suatu perintah dari Tuhan, agar warga Jemaat dengan tekun melakukan pekerjaan dengan memanfaatkan segala potensi yang telah tersedia dalam alam semesta, sebab tanpa kerja manusia tidak dapat hidup seperti yang dikatakan Rasul Paulus (2 Tes 3:10), tetapi Yesus lebih menekankan masalah kerajaan Allah yang harus didahulukan.
Dalam perintah Tuhan Yesus harus mendahulukan pekerjaan Allah, namun ini masih sering menjadi tantangan berat bagi warga Jemaat, terutama dalam persaingan ekonomi yang semakin ketat, kadangkala manusia cenderung untuk mendahulukan kekayaan dalam dunia barulah kemudian menempatkan sedikit waktu untuk memuliakan Tuhan terutama dalam kegiatan gerejawi seperti ibadah bersama tetapi kalau dilihat sekarang dalam warga Jemaat Tampo mereka telah melakukan perintah Tuhan.
Dalam melakukan pekerjaannya, mereka lebih mendahulukan perintah Tuhan Yesus dalam pekerjaan Allah, dibandingkan dengan kepentingan pribadinya. Dengan demikian yang menjadi kendala dalam kalangan warga Jemaat sejauh mana peran gereja dalam pembangunan ekonominya yang stabil itu dalam kehidupan berjemaat dan juga dalam kehidupan sehari-hari.


C. Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Ekonomi
1. Kualitas Kerja
a. Kepemimpinan
Pemimpin adalah orang yang menuntun, mengarahkan, mendorong orang lain dalam melakuka tugas bersama sehingga mereka berhasil sesuai dengan rencana.
Mutu kerja ada karena dipengaruhi oleh hadirnya seorang pemimpin yang mempunyai kemampuan dalam mengubah sumber kearah yang lebih baik. Mereka diberikan mandat dan tanggung jawab dalam menata dan mengelola ciptaan Tuhan. Seorang pemimpin harus menjadi panutan bagi orang yang dipimpinnya, mereka memiliki sikap antara lain, setia, jujur, dapat dipercaya, penuh pengabdian dalam melaksanakan kinerja, (Bnd. I Tim 4:12).
J.Robert Clinton mengatakan bahwa pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil Allah sebagai pemimpin yang ditandai oleh:Kapasitas kepemimpinan dan tanggung jawab pemberian Allah untuk memimpin suatu kelompok umat Allah (Gereja) mencapai tujuannya.
Dari penegasan Clinton dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin Kristen harus memiliki kesadaran diri dan kualifikasi penting yang ada pada dirinya sebagai pemimpin. Oleh karena itu seorang pemimpin harus sadar bahwa mereka telah ditebus, dan dipanggil oleh Allah untuk bertanggungjawab atas kepemimpinan yang dikaruniakan kepadanya kemampuan atau kecerdasan, pengetahuan, pengalaman, serta adanya tanggung jawab yang dikaruniakan kepadanya untuk memimpin sekelompok orang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kitab Keluaran menggambarkan Musa sebagai pemimpin bangsa dengan panggilan langsung dari Tuhan untuk menjadi pemimpin (Kel 3:4). Musa ini digambarkan sebagai orang yang memiliki integritas tinggi, yaitu sangat lembut hatinya dan seorang yang setia (Bil 12:3,7) dan pada sisi lain Musa pun rendah hati dan bersedia belajar dari mertuanya. Dalam Keluaran 18 dapat ditemukan standar integritas pemimpin yang harus ada pada dirinya antara lain : integritas diri (kecakapan, menerima diri, mengembangkan diri), integritas Rohani (takut akan Allah, menjauhkan diri dari kejahatan), interitas sosial ( dapat dipercaya, taat, jujur, rajin, tekun. Bnd. I Tim 3:1-7, Ams 22:1), integritas ekonomi (benci terhadap pengajaran suap atau memandang uang bukan sebagai tujuan hidup, Bnd. 6:10, Kel 23:6-8, Ul 16:19, Im 19:15), integritas kerja (menerima tugas yang sesuai dengan kemampuan dan melakukannya dengan baik dan benar sehingga membawa keuntungan bagi semua pihak; Bnd. Kel 18:21-23).
Dalam Perjanjian Baru Yesus sendiri sebagai pemimpin, mereka memanggil murid-murid-Nya dan melibatkan mereka dalam kehidupan kelompok untuk belajar melengkapi diri sehingga menjadi pemimpin (Mat 20:20-23, Mrk 10:35-40). Kemudian Tuhan Yesus memilih, memanggil, dan memulihkan para murid-Nya sebagai pemimpin dengan sebutan Rasul. Rasul menjadi pemimpin Kristen harus sadar bahwa Allahlah yang mengutus Dia kepada suatu tanggung jawab kepemimpinan.
b. Loyalitas Kerja
Kerja adalah bagian yang utuh dari kehidupan. Oleh karena itu setiap orang harus bekerja kerja berarti kemuliaan Keluaran 34:21, memberikan perintah bahwa enam hari lamanya engkau akan bekerja, tetapi hari ketujuh haruslah engkau berhenti, dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara hari perhentian juga. Dalam Amsal 18: 9, dimana peringatan tentang kerja bahwa orang yang bermalas-malasan dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak; kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar (Ams 19:15), oleh karena itu manusia tidak boleh menjauhi kerja melainkan dipuaskan oleh hasil kerja tangan atau pikirannya. Dalam tiap jerih payah ada keuntungan (Ams 14:23), Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia daripada bergembira dalam pekerjaannya sebab itu adalah kebahagiaan-Nya (Pkh. 3:22). Begitupula dalam ajaran Paulus menasehatkan bahwa jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan, oleh sebab itu kesetiaan Jemaat dalam bekerja sebagai respon darinya, sebagai gambar Allah yang telah diberikan tanggung jawab atau mandat dalam mengelola ciptaan lainnya, juga merupakan wujud kesetiaannya kepada seorang pemimpin yang dihadirkan Allah diantara mereka.
2. Peran Gereja
Gereja adalah persekutuan orang beriman, Gereja adalah tubuh Kristus (I Kor 12, Ef 4). Dengan menyebut gereja sebagai tubuh Kristus hendak menegaskan bahwa inkarnasi Kristus dan perbuatan Yesus sebagai manusia yang menjadi dasar untuk melukiskan kehidupan gereja. Itu berarti hendak membangun visi dan misinya. Mereka menunjuk kepada gereja yang sejati darisinilah dipahami dan dikembangkan peran gereja dalam dunia.
Gereja sebagai tubuh Kristus mengandung makna bahwa kehidupan gereja seharusnya menjadi gambaran dari kehidupan Yesus sendiri sebagai mana dahulu Yesus berkarya didalam dunia. Yesus sebagai gambar Allah yang sejati adalah bingkai bagi gereja untuk memahami siapa dirinya, dalam kehidupan dan pengajarannya haruslah bertolak dari Yesus orang Nazaret, anak tukang kayu, Yesus dalam perilaku kemanusiaan-Nya, yakni Yesus dalam sosok seorang manusia bukan dalam perilaku keilahian-Nya.
Gereja bukanlah sesuatu yang berada diluar manusia atau sesuatu yang ditempelkan pada kemanusiaan. Gereja selalu berkaitan dengan eksistensi manusia sebagai gambar Allah, gereja tidak hanya menyangkut hal-hal teoritis melainkan menyangkut kehidupan dan menerangkan makna kehidupan manusia. Gereja menyangkut sikap terhadap hidup dan cara bagaimana manusia menjalani hidup. Gereja memberikan makna yang mendasar terhadap hidup manusia.
Ditinjau dari segi perekonomian sangat dipengaruhi oleh faktor pertanian dan letaknya yang strategis berada dalam jalur perdagangan. Hal inilah yang memperlihatkan bahwa Jemaat Tampo adalah salah satu Jemaat yang potensial, yang bisa memberi peluang untuk berkembang. Dan peluang itu sudah dimanfaatkan dengan baik dan benar pada akhirnya dapat membawa kemakmuran.
Gereja adalah persekutuan yang dikepalai oleh Yesus Kristus, sadar akan diri-Nya yang diutus, untuk berperan aktif dalam pelbagai segi kehidupan masyarakat. Gereja yang dihadirkan ditengah-tengah masyarakat Indonesia perlu mewujudkan imannya dalam bentuk keterlibatan pembangunan pada umumnya dan ekonomi pada khususnya. Sebagai rasa kepedulian atas persoalan-persoalan masyarakat ( persoalan ekonomi ) perlu diakui bahwa awalnya keadaan ekonomi yang dialami oleh gereja-gereja umumnya di Indonesia khususnya di Jemaat Tampo sangat memprihatinkan tetapi kalau dilihat sekarang sudah berkembang.
Dengan demikian penulis cenderung mengadakan penelitian lapangan untuk perampungan data dan informasi di Jemaat Tampo.


BAB III
EKONOMI-EKONOMI JEMAAT

A. GAMBARAN UMUM JEMAAT TAMPO
1. Sejarah Berdirinya
Gereja Toraja Jemaat Tampo pada awalnya terbentuk dari suatu kehidupan berjemaat pada tahun 1919, dimana pada saat yang bersamaan didirikan pula sekolah rakyat oleh zending. Gereja Toraja Jemaat Tampo pada mulanya dirintis oleh 5 orang yaitu : Paulus Lando, Banga Padang Kombong, Y.Dase, Petrus Landong, dan D. Panginan dan dibantu oleh beberapa orang guru injil yaitu Ishak, Epang, Yohanes Kappa, dan Toepa’. Maka pada tahun 1932 oleh perintis memikirkan untuk membangun sebuah tempat beribadah. Dengan cara gotong-royong antara sesama anggota jemaat dibangulah sebuah gedung darurat yang terbuat dari tiang bambu dan atap alang-alang. Gedung ini berdiri didaerah Rante Puyo.
Pada tahun 1962 setelah terjadi pengungsian, didirikan lagi sebuah gedung darurat yang terletak di To’Deata. Pada 1965 gedung gereja dipindahkan ke daerah buntu (yang ditempati sekarang dengan bangunan semi permanent). Pada awal tahun 80-an dibuat panitia pembangunan gereja untuk membuat bangunan yang permanen, sebab gedung gereja yang lama tidak layak lagi dipakai dan anggota Jemaat makin bertambah banyak.
Jemaat Tampo yang pernah dilayani oleh pendeta yaitu: Pdt. A. Rumpa, Pdt. A.S. Rumpa, Pdt. M.B.Rundu’ Padang, Pdt. L.B. Pembonan, Sm.Th, Pdt. D. Manuk Allo, B.Th, Pdt. Hendrik kenda’, Sm.Th, Pdt. Yospin Kando’, S.Th, Pdt. Y. Marthen Baso’, S.Th yang melayani sampai sekarang. Pendeta Y.M.Baso’, S.Th juga melayani Jemaat yaitu Tampo Kanaan Marrang, dan Jemaat A’a batu.
Sejak awal berdirinya Gereja Toraja di Tampo sampai sekarang, anggota Jemaatnya terus bertambah. Berdasarkan data statistik yang ada, jumlah anggota Jemaat masih ada hingga sekarang tercatat sekitar 141 kepala keluarga, dan 673 jiwa. Anggota Jemaat dibagi kedalam empat kelompok yaitu: kelompok To’ Deata, kelompok Tanduk Bulan, kelompok Kesu’, kelompok Guali.

2. Keanggotaan
Berdasarkan data wawancara pada tanggal 14 oktober 2007, bahwa Jemaat Tampo yang berdiri sebagai satu Jemaat tetap mengalami pertumbuhan sehingga sampai sekarang. Jemaat ini sudah terdiri dari 141 kepala keluarga dengan 673 jiwa. Dari 141 kepala keluarga dalam Jemaat dilayani oleh 25 majelis gereja yang terdiri dari 20 penatua, diaken 4 orang, dan 1 pendeta.

3. Letak Geografis
Gereja Toraja Jemaat Tampo di kota Makale, kabupaten Tana Toraja, yang jaraknya kurang lebih 20 km dari kota Makale. Gereja Toraja Jemaat Tampo merupakan salah satu dari ketiga belas Jemaat yang berada dibawah naungan klasis Mengkendek Tengah Timur diantaranya, Jemaat Marintang, Jemaat A’a Batu, Jemaat Sundung, Jemaat Uluway, Jemaat Rante, Jemaat Pa’tengko, Jemaat Pniel Rante Orongan, Jemaat Kambuna, Jemaat Betel Buntu Lo’bo’, Jemaat Kanaan Marrang, Jemaat Tando-tando, Jemaat Simbuang dan Jemaat Tampo. Pembagian tersebut berdasarkan letak daerah dan telah disepakati, disetujui Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja (BPS-GT).

4. Mata Pencarian
Melalui dialog langsung dengan anggota Jemaat, mereka mengatakan bahwa mata pencarian anggota Jemaat tampo adalah sebagian besar bekerja sebagai petani yaitu tanaman padi dan tanaman lainnya yaitu jagung dan sayuran disekitar peternakan yaitu kerbau, babi, anjing, disekitar perkebunan seperti kopi, coklat, lombok, tomat, vanili, cengkeh. Namun yang lebih banyak dipelihara anggota jemaat adalah babi. Kerena babi ini merupakan kebutuhan upacara budaya orang toraja pada rambu solo dan rambu tuka’. Dibidang perikanan seperti pemeliharaan ikan mas, ikan lele, jarang dipelihara oleh anggota Jemaat.
Sejalan dengan itu, maka kekayaan yang ada di alam semesta yang merupakan milik Tuhan. Dalam hal ini membutuhkan sumber daya manusia yang sadar dan mau bekerja keras mengolah, memanfaatkan didalam kehidupan sehari-hari sekaligus untuk kesejaheraan manusia dimasa depan. Oleh karena itu alam ini merupakan tempat manusia berjuangkan hidup dan kehidupannya. Untuk itu alam ini harus dikelolah oleh manusia dengan penuh tanggung jawab.
Mengelolah dan memanfaatkan potensi alam merupakan tugas pokok bagi warga jemaat yang sesuai dengan maksud Allah sendiri demi untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Mengolah dan memanfaatkan alam serta segala isinya, secara baik dan benar sebagaimana maksud Allah ketika menempatkan manusia di taman Eden (Kej2;15) maka warga jemaat dengan sendirinya akan memperoleh hidup yang sejahtera.
Dengan demikian jalan yang ditempuh oleh gereja dalam menjalankan tugasnya demi membangun manusia untuk berkembang sesuai dengan amanat Tuhan. Karena itu gereja dipakai sebagai tubuh Kristus dan Kristus sendiri adalah kepala dari tubuh itu. Dalam 1 korintus 12;1-13 Paulus membina warga gereja dengan contoh tubuh yang mempuyai banyak anggota. Namun mempunyai fungsi dan peran yang berbeda-beda. Tetapi kesamaan dan keanekaragaman fungsi anggota itu memberi banyak arti bagi kehidupan gereja sekarang ini. Dimana anggota yang satu harus terikat dan bergantung kepada yang lain. Dalam pembinaan, Paulus menjelaskan tidak ada rasa dengki,iri hati congkah, semua saling mengasihi, saling mendukung,saling melayani kerena mempuyai fungsi yang berbeda-beda. Di sinilah terlihat suatu nilai sebenarnya dari hidup manusia. Karena hidup sebagai umat Allah, pengikut kristus adalah hidup yang menghasilkan buah (Yoh 15;16).
Dengan mengolah alam yang sudah ada, dan telah disediakan oleh Tuhan, maka dibutuhkan orang yang betul-betul sadar dan mau bekerja demi menyambung hidupnya. Allah menyediakan semua bahan di alam ini dan manusia diberi mandat serta tanggung jawab untuk mengelolah dan memanfaatkan apa yang sudah ada, maka manusia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
B. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh peneliti dalam usahanya untuk mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Cara atau teknik tersebut turut menunjang pencapaian tujuan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Observasi dan pengamatan
Kamus besar bahasa Indonesia mengatakan bahwa observasi adalah pengamatan, peninjauan secara cermat dan mengobservasi berarti mengawasi dengan teliti atau mengamati.
Hal ini menggambarkan dengan jelas bahwa dalam pengumpulan data dengan cara observasi mengahruskan peneliti terjun langsung kelapangan untuk meneliti dan mengamati sampel. Oleh karena itu penulis langsung berbaur dengan masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian.
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang kedua dilakukan oleh penulis dalam mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan. Koentjaraningrat berpendapat bahwa metode interview atau wawancara mencakup cara yang digunakan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Mencoba mendapat keterangan atau pembinaan secara lisan dari seseorang responden dengan saling bercakap-cakap dengan orang lain. Berdasarkan pendapat Koentjaraningrat, maka penulis mengadakan percakapan secara langsung dengan anggota Jemaat yang menjadi sampel.
BAB IV

PEMAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS


A. Pemaparan Hasil Penelitian
Jati diri dan kepribadian seseorang dalam memahami kehidupan tergambar dalamnya, bagaimana mengelola alam sekitarnya, dengan kata lain bekerja. Karena dengan bekerja seorang bisa mewujudkan jati dirinya itu sendiri dengan termotivasi dari apa yang menjadi tujuan hidup mereka.
Menurut Ferdi (pemuda), bahwa yang manusia bekerja karena kebutuhan. Seandainya tidak membutuhkan sandang, pangan dan papan maka mereka tidak akan bekerja.menurutnya kerja adalah bagian dari hidup karena tanpa kerja, hidup sia-sia adanya. Y. Taruk Padang mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang bekerja adalah ingin mengubah hidup (Kaya). Demikian pula dikatakan M. Lalan, Joni dengan bekerja merupakan jalur yang dilakukan untuk sampai pada perwujudan cita-cita yakni mengubah hidup. Lain halnya dengan Y.S. Buranna, D.Ganti, ia melihat bahwa seseorang itu bekerja karena tuntutan adat. Menurutnya walaupun sebenarnya tidak diwajibkan bagi seseorang untuk mewujudkan ada tersebut tetapi disadari bahwa adat adalah merupakan bagian dari tanggung jawab kita selaku manusia Toraja.
Senada dengan apa yang dikatakan Andarias Detto’ bahwa satu hal yang melihat manusia toraja bekerja untuk merealisasikan adat yang sudah berakar dan bertumbuh dalam kehidupan manusia toraja itu sendiri. Sementara Y. Payangan lebih mengembangkan bekerja demi adat adalah bagian dari perwujudan dan menciptakan hubungan sosial antara individu yang satu dengan yang lain. Selebihnya responden menanggapi tentang hal yang mendorong seseorang bekerja ialah karena ingin hidup sejahtera dan juga dipakai untuk menyekolahkan anak-anaknya dalam arti tidak hanya kepenuhan ekonomi belaka (jasmani) tetapi juga rohani karena dengan bekerja merupakan satu wujud respon manusia atas mandat yang diberikan Allah untuk memelihara ciptaan lainnya. Sementara Y Serang muda berpendapat bahwa kerja adalah bagian dari hakekat manusia. Seluruh responden mengatakan mereka bekerja karena tuntutan ekonomi dalam perkembangannya. Bekerja demi kesejahteraan masa depan keluarga. Serta bekerja sebagai wujud keberadaannya sebagai manusia yang berkarya.
Mengenai pertanyaan apa penghasilan seimbang dengan modal-modal pertanyaan ini seakan-akan tidak ada respon dari responden karena mereka menganggap bahwa apa yang dikerjakan selama ini tidaklah dipandangnya sebagai bisnis sehingga untuk mencari keseimbangan antara penghasilan dan modal tidaklah menjadi persoalan, karena mereka merasa bahwa akhir dari apa yang dikerjakan bukanlah menjadi suatu keuntungan tetapi hanya demi kelangsungan hidup.
Jawaban konkrit dari semua responden bahwa dengan bekerja berarti ada harapan bagi mereka untuk menata hari esok atau menata kehidupan dikemudian hari. Karena tidak bekerja maka kehidupan yang dialami sekarang tetap adanya bahkan akan lebih terpuruk dikemudian hari.
Semua responden mengatakan bahwa bekerja tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. Karena dipisahkan maka kerja dan kehidupan tidak punya makna. Dengan demikian kerja dan kehidupan manampakkan dua komponen yang memiliki keterhubungan sebagai bagian dari eksistensi manusia.
B. Analisis

Dengan melihat hasil pemaparan penelitian, maka dapat dikatakan bahwa setiap manusia memiliki motivasi untuk mensejahterakan kehidupannya dalam rangka itu berbagai macam usaha dilakukan untuk mencapai tujuan hidup.
1. Faktor-faktor Peningkatan Ekonomi
a. Faktor Kerja
Pada mulanya Allah menciptakan bumi baik adanya, demikian juga Allah mengaruniakan segala sesuatu yang telah dibutuhkan oleh manusia tetapi menuntut bagaimana manusia memelihara dan menaklukkan isi dunia ini (Bnd. Kej 1:28).
Bekerja adalah bagian dari hakekat manusia sebagai makhluk ciptaan. Oleh karena itu Allah memberikan pekerjaan kepada manusia untuk bertanggungjawab mengelola serta memelihara ciptaan-Nya. Kerja adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Manusia diciptakan untuk sibuk dan rajin, dan dalam Alkitab pemalas itu dikecam bahkan dianggap manusia tak berguna atau manusia yang tak pantas diberi makan. Dalam Amsal Salomo dikatakan kemalasan membawa malapetaka dan kemiskinan (Band, Ams 19:15). Aktivitas kehidupan manusia sehari-hari diawali dengan kesibukan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan keinginannya, untuk meningkatnya taraf hidup yang lebih baik. Dengan demikian kerja menyatu dengan kehidupan. Maka sesungguhnya dalam setiap individu terutama orang dewasa, tidak ada istilah menganggur karena begitu banyak pekerjaan yang dapat dikerjakan.
Dikalangan anggota Jemaat Tampo dulu masih ada yang mempunyai pola pikir bahwa yang dimaksud dengan kerja adalah orang yang bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta. Hal ini dapat dikaitkan dengan upaya orang tua dalam mendidik anak-anaknya untuk menuntut ilmu dengan harapan kelak bekerja hanya sebagai pegawai negeri atau swasta yang disebut bekerja. Tetapi kenyataannya sekarang mereka sudah mengubah pola pikirnya bahwa apapun yang kita lakukan semua itu adalah kerja.
Dikalangan gereja, sumber pengetahuan yang diutamakan untuk memahami tentang kerja adalah Alkitab. Namun dalam Alkitab diajarkan bahwa kerja merupakan berkat dari Allah sendiri. Dalam bumi ini kaya raya dengan sumber daya alam. Allah menciptakan segala sesuatu yang dapat dikerjakan oleh manusia untuk mengupayakan nafkah hidupnya. Dalam Alkitab terutama kitab Kejadian, jelas bahwa kerja yang paling mulia adalah sebagai pengelola bumi yang dapat dilaksanakan dengan kegiatan petani dalam masyarakat dewasa ini.
Oleh karena itu ekonomi terkait dengan cara hidup manusia dan berbuat dalam urusan kehidupan, demi kesejahteraan rumah tangga, manusia dipanggil untuk melaksanakan penatalayanan rumah tangga. Penataan adalah prinsip paling hakiki dari ekonomi. Oleh karena itu panggilan melaksanakan penatalayanan tidak lain panggilan perekonomian. Baik gereja maupun ekonomi turut memberi manfaat bagi pengembangan kebudayaan manusia. Karena itu gereja tidak harus dipertentangkan dengan ekonomi. Karena gereja dan ekonomi kedua-duanya perhatian pada nasib manusia.
Gereja dalam tugas pelayanan tidak hanya menyangkut hal rohani tetapi juga hal jasmani. Dalam hal ini terletak pemahaman gereja yang melayani secara utuh dan menyeluruh. Sebab injil yang diberitakan oleh gereja adalah injil yang mampu menembus berbagai aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu gereja mampu menyampaikan injil kedalam kehidupan nyata anggotanya, sehingga anggota Jemaat dapat diberdayakan secara optimal untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Sebabnya dalam pembangunan gereja dan unsur persekutuan, kesaksian serta pelayanan tidak bisa dipisahkan. Dan barulah nampak dengan jelas bahwa dalam mengelola, memanfaatkan sumber daya manusia dan potensi alam dibutuhkan pelayan yang mampu mengembangkan sumber daya alam demi tercapainya syalom atau kerajaan Allah yang hidup.
Tugas mengelola dan memanfaatkan alam semesta serta segala isinya bukan hanya tugas pribadi tetapi juga tugas bersama kelompok persekutuan, karena itu manusia dipercayai menjalankan fungsinya ditengah alam semesta. Allah menyamakan manusia sebagai teman sekerja-Nya (I Korintus 3:9), manusia disuruh mengusahakan dan memelihara tanah atau taman Eden (Kej. 2:5,15).
Jika seseorang tidak mau bekerja janganlah ia makan (2 Tes 3:10), oleh karena banyak orang yang malas, lalu ia mau makan (Band, 2 Tes 3:11), melalui pekerjaan anggota Jemaat mendapatkan hasil untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup. Anggota Jemaat Tampo harus bekerja untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia dan potensi alam yang mereka miliki, sebagai contoh setelah panen padi, sawah tidak dibiarkan kosong dan ladang tetapi mereka mengusahakan untuk menanami dengan tanaman sayur-sayuran serta memelihara ternak-ternak mereka yaitu babi, ayam, kerbau, namun yang lebih banyak dipelihara adalah babi.
b. Pemimpin
Dalam membangun anggota Jemaat, dibutuhkan orang yang mampu mengarahkan, membimbing dalam melakukan tugas bersamasehingga tujuan yang diinginkan tercapai. Pelaksanaan pelayanan tidak hanya dengan cara berkhotbah dari mimbar dan melakukan perkunjungan rumah tangga, memberikan bantuan kepada Jemaat yang tidak mampu seperti anak yatim, orang miskin, tetapi gereja dituntut untuk melakukan sesuatu yang lebih dari hal-hal yang biasanya. Namun gereja juga harus mengembangkan potensi yang berada dalam anggota Jemaat (SDM) maupun yang terdapat pada alam sekitarnya.
Dengan hadirnya seorang pelayan yang mempunyai keterampilan bukan hanya memerintah tetapi mereka melibatkan diri secara langsung dalam pemeliharan ternak babi. Peningkatan ekonomi Jemaat nampak dalam kehidupan anggota Jemaat sehari-hari. Jemaat Tampo sudah dua kali beribadah pada hari minggu, persembahan mereka meningkat setiap hari minggu,anak-anak-anak anggota jemaat sudah tidak ada yang tidak sekolah dibanding yang lalu-lalu. Dan tidak ada anggota jemaat yang hanya memelihara dua ekor babi tetapi mereka memlihara paling kurang 10 ekor setiap rumah tangga.
Jemaat Tampo merupakan Jemaat yang subur dari sekian Jemaat yang ada di klasis Mengkendek Tengah Timur. Sebagian besar anggota Jemaat bermata pencarian sebagai petani dan peternak. Faktor inilah yang digunakan oleh Gereja Toraja Jemaat Tampo dalam meningkatkan perkembangan Jemaat yang disebut pelayanan diakonia moderen.

2. Peran Gereja tehadap Peningkatan Ekonomi
Gereja bertanggungjawab untuk mengusahakan agar kehidupan masyarakat didasarkan atas keadilan dan kesejahteraan bagi semua orang tanpa memandang agam dan ras sebagai wujud kasih Allah bagi dunia (Yer 22:3). Gereja terpanggil mewujudkan kepedualian Allah yang membebaskan yakni sebagai pendamping kaum lemah yang harus bersikap keras terhadap ketidakadilan. Sebagai contoh dalam pelayanan mendahulukan kepentingan kaum lemah. Gereja memberitakan injil untuk menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah yang telah datang, sedang dialami dan yang sedang dinantikan kegunaannya dalam langit dan bumi baru yang didalmnya terdapat kebenaran (Bnd. 2 Petrus 3:13). Salah satu upaya yang dilakukan gereja dalam peningkatan ekonomi adalah berpusat pada peternakan khususnya pada peternakan babi. Pengembangan diakonia modern yang dilakukan Gereja Toraja Jemaat Tampo berupa pengadaan induk babi serta pembinaan peternakan dan pertanian yang menjadi sasaran dalam pengembangan diakonia modern tersebut adalah anggota Jemaat.
Kegiatan diakonia moderen ini dilakukan oleh Gereja Toraja Jemaat Tampo sejak masuknya seorang pendeta yang mempunyai keahlian dalam bidang peternakan, program ini sangat besar manfaatnya bagi Jemaat Tampo. Hal ini sangatlah dirasakan oleh anggota Jemaat.
Keberhasilan yang dilakukan Gereja Toraja Jemaat Tampo dalam mengembangkan kehidupan anggota Jemaat selain dari hasil pertanian misalnya: padi, cengkeh, vanili, coklat, dan kopi. Dengan terbukanya sumber pendapatan baru bagi Jemaat Tampo. Kehidupan anggota Jemaat Tampo dapat lebih baik dari sebelumnya. Keberhasilan yang dirasakan Jemaat Tampo lambat laun dirasakan oleh seluruh masyarakat tampo bahkan sampai Jemaat-Jemaat yang berada diluar Tampo. Karena pendeta yang mengadakan diakonia moderen, juga memberikan pengetahuan beternak babi diluar dari anggota Jemaat Tampo.
Dalam menjalankan diakonia moderen, dilakukan untuk peningkatan taraf pendapatan Jemaat, pengurus Jemaat Tampo mengalami tantangan atau hambatan karena kurangnya kepercayaan Jemaat terhadap program yang dilakukan oleh pendeta. Hambatan ini disebabkan karena ketidakyakinan akan keahlian khusus yang dimiliki pendeta yaitu dalam bidang peternakan. Pikiran yang dipikirkan Jemaat bahwa seorang pendeta tidak pernah mempelajari ilmu peternakan. Namun Pengurus Gereja melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pengembangan ekonomi berbasis Jemaat. Dalam penyuluhan ini Jemaat diajarkan bagaimana cara beternak babi, mengatur makanan babi, cara membantu babi melahirkan tanpa ada yang mati dan memilih bibit babi yang baik.
Dengan demikian pendapatan anggota Jemaat Tampo dapat meningkat, hal ini dipengaruhi dengan hadirnya seorang pelayan (pendeta) yang mampu mengubah pola pikir yang sedang berkembang menuju pada pola pikir yang sesuai dengan amanat pencipta.








BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Faktor yang mempengaruhi peningkatan ekonomi Jemaat ialah pendeta sebagai motivator terlibat secara langsung dalam usaha atau pekerjaan sehingga menjadi motivasi bagi anggota Jemaat untuk melakukan pekerjaan itu. Dalam rangka peningkatan kualitas hidup anggota Jemaat khususnya Jemaat Tampo.
2. Setiap lingkungan hidup mempunyai sumber daya alam dan potensi yang berbeda-beda. Sehingga orang dituntut berupaya untuk memenuhi kebutuhanya dengan mengembangkan sumber daya alam dan potensi yang ada.
3. Gereja terpanggil bukan hanya menunjukkan jalan ke Sorga atau sehubungan dengan hal-hal rohani melainkan mengurus hal-hal yang menjadi kebutuhan atau penopang di dunia, dalam hal ekonomi.

B. SARAN
1. Disarankan kepada Gereja agar tetap memberikan bimbingan kepada anggota Jemaat dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada dalam hal ini mengolah, melestarikan dan mengembangkan kepada kekuatan yang lebih baik.
2. Disarankan kepada pemerintah agar memperhatikan atau mendukung dalam rangka memberikan fasilitas yang akan menunjang usaha dari setiap warga Jemaat.
3. Disarankan kepada Dosen agar memberikan materi yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam dalam rangka memenuhi kebutuhan anggota Jemaat dimana ia melayani.
4. Disarankan kepada Gereja Toraja agar tetap mendukung tenaga Pembina untuk membekali anggota Jemaat tentang kehidupan ekonomi, agar semua anggota Jemaat dapat menikmati kesejahteraan dalam arti meliputi jasmani dan rohani.


DAFTAR PUSTAKA

A. Alkitab
Alkitab TB. 2004 . Perjanjian Lama dan Baru. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
B. Kamus
Poerwadarminta, W.J.S. 1986 . Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

C. Buku – Buku Karangan
Darmaputera, Eka. 2002. Etika Sederhana Untuk Semua; Bisnis, Ekonomi dan Penatalayanan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hadiwijono, Harun. Dr. 2001. Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Koentjaraningrat.1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia
Rosyidi, Suharman. 2006 . Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Seytio, Robert, Ph.D . 2002 . Teologi Ekonomi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Suhardimanto, Mardyanto Amir . 2003 . Ekonomi Kelas 1 SMA. Bandung: Yudistira.
Tomatala, Yakob Pdt,Dr. 1997 . Kepemimpinan Yang Dinamis. Jakarta: Y.T.Leadership dan Gandum Mas, Malang.
. 1997 . Penatalayanan Gereja Yang Efektif Di dunia Modern. Jawa Timur, Malang: Gandum Mas.
Verkuyl, J. 1985 . Etika Kristen ; Sosial Ekonomi. Jakarta;BPK Gunung Mulia.
White, Marry dan Jerry. 1997 . Pemahaman Kristiani Tentang Bekerja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Wright, Christoper J.H,. 2003 . Hidup sebagai Umat Allah: Etika Perjanjian Lama. Jakarta;BPK Gunung Mulia.

D. Lain-lain
BPM . 2006 . Gambaran Umum Perkembangan Jemaat Dalam Laporan Pertanggungjawaban Majelis Gereja Jemaat Tampo.
Rumpa, A . 2001 . Sejarah Singkat Jemaat Tampo Dimuat Dalam Arsip Majelis Gereja Jemaat Tampo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar