Retreat

Retreat
Paskah 7 April 2010

Golden Bridge

Kumpulan ide-ide kreatif yang dibangun untuk membangun masa depan pemuda yang semakin disukai Allah dan manusia.

Kamis, 16 September 2010

Faktor Pengambilan Keputusan Etis

Penilaian terhadap faktor-faktor dalam pengambilan keputusan etis sebagai berikut:
A. Iman
Iman adalah pengambilan keputusan tertinggi dalam pengambilan keputusan Etis. Hal ini terjadi pada setiap orang percaya bahwa setiap keputusan yang diambil berdasarkan iman yang mereka miliki. Dalam hal ini segala keputusan yang diambil berdasarkan apa yang kita percayai. Misalnya, contoh yang dikemukakan Brownlee tentang majikan yang menentukan gaji pegawainya, kita sering memikirkan hal apa yang adil tetapi kita tidak pernah merenungkan apa yang kita percayai. Memang segala tindakan kita terpengaruh kepada hal kepercayaan kita, segala tindakan, keputusan, dan penyelesaian masalah semuanya berdasarkan iman atau apa yang kita percayai.
PENILAIAN TERHADAP FAKTOR IMAN:
Setiap orang Kristen sadar atau tidak masih dipengaruhi oleh dan berpengaruh besar dalam hidupnya adalah iman, tetapi harus diingat tabiat, situasi, lingkungan sosial juga turut mempengaruhi pengambilan keputusan etis. Memang sulit namun yang lebih utama dalam menyatakan kebenaran, keadilan, kasih, dan lainnya yang menurut ajaran iman Kristen tetapi lingkungan sosial, tabiat, norma-norma, situasi turut mengambil bagian dalam sikap hidup kita jadi sebenarnya iman hanyalah salah satu faktor dalam pengambilan keputusan etis dan tidak terpisah dari sekian faktor dan saling mendukung dalam pengambilan keputusan sesuai dan seturut dengan kehendak Allah. Dan ungkapan inilah yang mewarnai bahwa segala sesuatu yang hendak dilakukan setiap orang berdasarkan iman percayanya dan apa yang dipercayainya.
Iman dapat membantu orang memahami setiap masalah yang terjadi dalam masyarakat. Iman adalah hal yang utama dimiliki oleh setiap orang percaya agar dapat mengambil sikap dalam menentukan pengambilan keputusan etisnya. Setiap orang sangat bergantung penuh kepada kepercayaannya kepada Tuhan.
B. Tabiat
Menurut Brownlee yang sering mempengaruhi orang adalah perbuatan-perbuatannya, dan sifat-sifatnya, tabiatnya atau kepribadiannya. Tabiat yang baik akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik pula. Tabiat yang baik menjadikan perbuatan-perbuatan yang baik lebih mudah dipilih dan dilakukan namun tabiat tidak otomatis menentukan perbuatan-perbuatan kita. Tabiat yang baik menyebabkan kecenderungan berbuat baik tetapi tidak menjamin perbuatan yang baik dan memberi arah kepada kelakuan tetapi tidak memaksa kelakuan kita.
PENILAIAN TERHADAP FAKTOR TABIAT:
Setiap orang memiliki tabiat tang berbeda-beda, dalam pengambilan keputusan etis tabiat atau sifat orang mempengaruhinya misalnya, pemarah, pemalu dan sifat yang membuat keadaan menjadi kacau. Tetapi tabiat dalam kehidupannya yang baik belum tentu menghasilkan perbuatan yang baik, memang benar karena sering tabiat kita sembunyikan dan hanya yang dinampakkan adalah kebaikan, kebenaran tetapi sebenarnya didalam dirinya ada kebobrokan dan kemunafikan. Apakah iman mempengaruhi tabiat orang dalam melakukan sesuatu?. Semuanya tergantung lingkungan sosial, norma-norma dan situasi. Tabiat itu seperti yang saya ungkapkan bahwa tabiat tidak otomatis dalam kehidupan kita dan itu selalu diusahakan berubah dan sesuai dengan tuntutan iman, norma-norma, lingkungan sosial, dan situsi dimana kita berada.
C. Lingkungan Sosial
Kita dipengaruhi oleh orang lain entah kita minta nasihat mereka entah tidak. Sistem nilai-budaya dalam masyarakat juga memegang peranan besar dalam pembentukan tabiat dan moral kita. Kita mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat. Kesatuan kita dengan sesama berarti bahwa setiap keputusan kita mempunyai dimensi sosial.
PENILAIAN TERHADAP FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL:
Segala keputusan yang kita ambil memang sangat berpengaruh terhadap tatanan sosial budaya kita terutama budaya toraja. Apa yang kita lakukan dipengaruhi masyarakat dan apa yang kita lakukan mempengaruhi masyarakat itu benar dan memang setiap manusia bertanggungjawab terhadap lingkungan sosial dimana ia berada. Keputusan yang kita ambil baik buruknya harus memang mampu dipertanggungjawabkan. Lingkungan sosial mempengaruhi moral, tabiat dan iman kita apakah itu bisa dipercaya? Memang setiap orang dalam kepercayaannya, tabiatnya, dan moralnya dapat saja bertentang dengan apa yang dilakukan masyarakat, jika masyarakat sudah tidak mengindahkan lagi norma-norma yang belaku dalam masyarakat. Orang dapat saja menentang saudara seimannya jika bersalah karena tidak sesuai dengan iman dan norma yang berlaku.


D. Norma-norma
Norma-norma ialah patokan-patokan yang dipakai untuk menilai perbuatan manusia dan menolong orang mengambil keputusan yang benar. Perbuatan-perbuatn yang sesuai dengan norma-norma yang baik dianggap benar. Perbuatan- perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dianggap salah.
PENILAIAN TERHADAP FAKTOR NORMA:
Pernyataan tentang norma bahwa ia yang menentukan baik benarnya suatu yang dilakukan setiap orang adalah benar sebab tanpa norma tanpa aturan orang dapat melakukan apa saja kepada setiap orang. Walaupun ia memiliki iman yang tinggi, tabiat yang baik dan lingkungan sosial yang baik pula tetapi tidak taat pada norma-norma yang ada, apakah dia disebut sebagai orang yang baik, bijaksana?. Bukankah dia pelanggar aturan. Tetapi bahwa norma bukanlah penentu yang utama dalam pengambilan keputusan tetapi tergantung iman, tabiat, lingkungan sosial dan situasi dimana dia mengambil sebuah keputusan dan norma apa yang diterapkan dalam masyarakat tersebut.
E. Situasi
Keputusan yang kita ambil tergantung situasi yang ada dalam peristiwa yang terjadi sehingga keputusan menyangkut pribadi itu dinyatakan dalam situasi dan kondisi tertentu. Situasi memaksa kita mengambil keputusan yang tidak bisa terlakkan baik atau buruknya terjadi pada diri kita. Menyadari setiap situasi yang Allah nyatakan kepada kita lewat tingkah laku dalam keadaan apapun.
PENILAIAN TERHADAP FAKTOR SITUASI :
Dalam situasi tertentu Allah bekerja untuk kita, Ia bekerja pada situsi dan waktu yang tepat. Dalam situsi yang sulit kita sering menggumuli iman kita, tabiat, lingkungan sosial dan norma-norma dalam kehidupan kita. Kita dituntut untuk memahami setiap situasi yang Allah berikan kepada kita. Namun dalam situasi tertentu sering kita mengalami kelalaian. Dan akhirnya situasi yang buruk sekalipun apa kita mampu menyatakan iman kita? Tabiat? . Misalnya ditodong, terjadi tabrakan yang tidak terelakkan dan menolong orang. dalam situasi seperti ini apakah Allah bekerja untuk kita. Misalnya gagal panen, musim kering, pencurian. Apakah situasi ini yang dikehendaki Allah tetapi apakah disini kehendak Allah sedang dinyatakan? Mengapa Allah bekerja pada situasi dan kondisi yang tidak dapat kita mengerti?. Jawabannya ada pada iman kita.

Selasa, 14 September 2010

SEJARAH BERDIRINYA GEREFORMERDEZENDINGSBOND
A. Berdirinya gzb
Lembaga bzb didirikan tanggal 6 february 1901 di kota Utrecht dalam lingkungan hermormde kerk.
Dalam ada dirumuskan asa dala pasal 4 brbunyi gzb bertolak bahwa Alkitab adalh firman Allah yang tidak dapat salah yang didalamnya terkandung seluruh rencana Allah seperti yag diungkapkan dalam ketiga pasal keesaanhervormde kerk yaitu katekismus Heidelberg, pengakuan iman belanda dan kelima pasal melawan remostran. Asas gzb yakni jemaat-jemaat hervormde kerk yaitu majelis jemaat yang mewakilinya secara sah, perkmpulan yang memiliki kedeudukan hokum dalam lingkungan hervormde kerk sertamembuktikan bahwa mereka mutlakmenyetujui tujuan dan dasar gzb.
B. Propaganda
Selama tahun pertama gzb merupakan perkumpulan kecil. Sepanjang gzb berdiri tiga saran dalam memperkenalkan kegiatan pekabaran injil ceramah-ceramah, cabang-cabang serta komisi-komisi, dan majalah sertasarana lain adalah korespondensi selebaran berisi propaganda kotak pengumpulan dana dan majalah zending untuk anak.
C. Kegiatan dibidang penerbitan
Tahun pertama mampu membiayai penerbitan namun tahun 1907, gzb mulai menerbitkan majalah sendiri yang bernama Alle den volcke, tahun 1913 majalah tersebut mlai banyak memuat karangan yang bersifat umum yang utama dalam majalah itu adalah berita pelaporan dari medan pelayanan rubric tetapdimuat adalah reenunganberita dari cabang-caabang danlaporan keuangan.
D. Pertumbuhan gzb dan usaha membina kesadaran jemaat
Sesudah dua tahun berdiri jumlah anggota gzb mencapai 125 0rang, pada tahu 1908 jumlah anggota sebanyak 500 orang. Lambatnya perkembangan disebabkan oleh struktur rohani dalamkehidupan dibanyak jemaat yang sealiran dengan gzb. Dijemaat terdapat suasana kepasrahan yang hanya menantikan tindakan Tuhan.
E. Dasawarsa pertama berdirinya gzb belum berhasil ditemukannya calon utusan dan belum cukup biaya. Gzb kedaerah orang toraja sa’dan disulawsi tengah. Tokoh pi utama adalah J.W.gunning dan N Adriani.
Van de loostrech diizikan masuk tanggal 22 desember 1913 untuk underafdeling rantepao dan palopo dalam afdeling luwu serta aonderafdeling mamuu dalam afdeling mandar. Tahun 1914 van de loostret meminta daerah ma’kale serta onderafdeling majene binuang dan balanipa dalam afdeling majene. Tahun 1928 ketiga onderafdeling disulbar diserahkan pada czgk akhirnya medan pelayanan bzb meliputi afdeling luwu yakni onderafdeling ma’kale, rantepao, palopo dan masamba dan sebagian kecil onderafdeling enrekang dalam afdeling pare-pare. Medan kerja gzb meliputi daerah orang toraja sa’dan, selatan dan utara kota palopo dan daerah rongkong –seko.
F. Resort-resort dan bidang pelayanan
Van de loostrecht memegang daerah sekitar rantepao dan palopo dan rongkong. Tahun 1917 diserahkan kepada j belskma. D.c prins dating membentuk resort ma’kale (1915), tahun 1920 P.Zijlstra nama resort berubah menjadi ma’kale sanglla’. Tahun 1926 resort diperluas dengan landschap Alla’ dalam onderafdeeling emnrekang. Tahun 1928 H.Pol dilarang mendirikan resort rembon. Pada tahun1928 resortnrongkong dipegang oleh H.J van weerden yang meliputi onderafdeling masamba.
G. Kegiatan pendidikan guru-guru sekolah, guru-guru jemaat dan guru injil
Pada tahun 1915 van deloostrecht bersama dengan seorang guru dari minahasa, sudah mendidik empat anak. Pada taun 1917 didirikan sekolah pendidikan guru dirantepao (barana) sekoalh ini dipimpin j belskma. 1918 menghasilkan dan ditutup. 1920 dibuka dengan status normalcursus sampai tahu 1942. pada tahun 1949 zending mebuka normalschool. Tahun 1949 gereja toraja membuka sekoah guru atas di rantepao.
H. Pedidikan dasar dan kejuruan
Tahun 1914 van de lostrect membuka sekolah rakyat didaerah rantepao. Pada bulan November 1930 sekolah-sekolah ini berjumlah 73 buah dengan 134 guru dan 7546 orang murid. Tahun 1938 panitia para istri pekabar injil mendirikan sekolah kepandaian putrid dirantepao yang dipimpi oleh J.M eggink. Tahun 1949 sending mendirikan sekolah teknik pertama di barana’
I. Pelayan dibidang kesehatan
Para pekabar injil telah dieakali dengan dasar dibidang medis tahun 1918 merencanaan pengutusan seorang tenaga ahl dibidang medis tahun 1925 H.Pol dating ketoraja sebgai mantra perawat
J. Pelayan dibidang kemasyarakatan
Mereka kerjsama degan pemerintah memperkokoh perkawinan dan menciptakan perkawinan yang lebih baik. Tahun 1930 kegiatan wanita aru dijalankan pada tahun 1941 tamatan sekolah kepandaian putridiagkat menjadi pekerja social kampung.
K. Karya-karya van der veen dibidang bahasa
1940 muncul kamus bhasa taek – belanda dan terjemahan injil Lukas pb tahun1951, alkitab kseluruhan 1960 didapingi oleh l. pakan dan j.tammu.
L. Para pekerja sending
1. utusan injil bangsa eropa
tahun 1942 empat golonn utusan injil eropa yangdisebut : zendeling – leeraar (utusan pekabar injil), zendeling – onderwijzer (utsan guru), zendeling- arts (utusan dokter), zendeling deacon ( utusan mantra perawat)
2. tenaga zending orang Indonesia
bulan November tahun 1913 van de lostrecht membawa orang minahasa tahun 1918 normaal cursus menghasilkan guru suku toraja.
M. Konferensi para sendings
Tahun 1916 jumlah utusan gzb bertambah menjadi tiga orang. Tahun 1942 rapat konferensi dihadiri oleh semua orang. Tahun 1947 dibentuk seksi dalam kegiatan gerejawi. Passal 2 ad menegaskan “konferensi memegang pimpinan umum karya pi. Pasal 7 menyatakan tidak seorangpun seorang anggota konferensi berwenang untuk dalam resornya konferensi dan utusan para masing-masing yang mengangkat dan memberhentikan tenaga gzb bngsa Indonesia keputusan konferensi wajib dilaksanakan setiap anggota.
Tahun 1928 ketua wajib mengambil keputusan diluar konferensi.
PERATURAN ADAT TAHUN 1932

Peraturan gaji baru. Keadaan keuangan hindia yang kurang baik berakibat lambatnya tunjangan bagi pegawa dan guru dihapuskan. Pada tahun 1923 konferensi setelah bermusyawarah dengan pejabat-pejabat pemerintahan menyusun pengaturan gaji guru yang lebih baik. Dan dipandang cukup untuk guru.
Pada tanggal 2 april hari senen paskah dibaranak dilaksanakan rapat umu orang Kristen yang dihadiri oleh orang-oarang Kristen dari makale yang dalam jumlah terbesar dan beberapa orang calon baptis kira-kira 500 orang pengunjung. Dalam persetujuan rapat terdiri dari 15 orang dengan tugas menyusun rancangan peraturan adat dan mempertimbangkannya. Dalam komisi ini ada duduk : ketiga pekerja zending dari eropa, tiga orang menado, tiga orang ambon, dan tiga guru toraja berikut tiga penatua.
Pada tanggal 19 april komisi mengadakan rapat dan merundingkannya serta disetujui di rapat umum di sangalla’ tanggal 24 juni.
Tentang adat mengenai orang mati (penguburan jenazah)
Orang mati boleh ditempatkan dalam liang, boleh dikubur dalam tanah, sebaiknya orang mati dikubur segera tetapi jika ada keluarga yang jauh boleh ditunggu. Tetapi bau busuk mayat bisa menyebabkan orang sakit.
Jadi apakah segera dikubur atau ditangguhkan terserah keluarga bersangkutan kedua cara tersebut bukanlah dosa dan tidak boleh menjadi pertengkaran.
Pada upacara penguburan boleh dipotong kerbau babi ratap tangis dan bernyanyi tidak dilarang. Tidak mempersembahkan kurban kepada arwah orang mati.
Tidak keberatan kalau bala’kayan (pelataran tempat daging untuk dibagikan) didirikan demikian simbuang (batu nisan). Teramat penting yaitu kebersihan.
Meratapi si mati dan melagukan nyanyian-nyanyian dukacita bukanlah dosa, melainkan tidak menempatkan saudara diatas Tuhan seolah-olah berkuasa.
Tetapi jangan menggunakan nyanyian orang kafir ubahlah itu dengan istilah Kristen muliakan nama Tuhan. Tidak salah memakai pakaian berkabung warna hitam, tetapi itu bukanlah wajib.
Orang-orang Kristen tidak usah mengikuti larangan makan nasi selama masa berkabung, saudara boleh makan nasi atau jagung.
Jenasah boleh dibungkus dalam kain tetapi saudara tidak boleh memanggil seorang to mebalun ( juru benah jenasah ). Tidak boleh mempersembahkan babi untuk to mebalun.
Menempatkan jenazah dengan sikap bersandar pada dinding rumah diperbolehkan tetapi diberi rupa-rupa perhiasan seperti perhiasan emas perak kain mahal-mahal.
Apabila saudara berada dalam rumah orang berkabung dan penghuninya tidak makan nasi sebaiknya jangan makan nasi supaya tidak menyinggung perasaan.
Tau-tau ( boneka, patung si mati ) tidak boleh dibuatkan juga tidak boleh diberi kurban , melagukan nyanyian dukacita untuk boneka itu tidak boleh.
Jangan datang bertamu pada malam hari ditempat-tempat orang meyanyikan lagu dukacita (meratap) tanpa ditemani zendeling guru atau penatua. Supaya jangan tergoda.
Kuburan yang digali ditanah dan diliang sama-sama baik mengubur jenasah orang Kristen dalam kuburan orang kafir tidak dilarang. Memugar dan merawat kuburan boleh. Tetapi jika menyelenggarakan pesta orang mati yang sudah bertahun-tahun tidak boleh ikut.
Apabila saudara memotong kerbau dan babi saudara jangan membagikannya menurut gaya orang kafir, tetapi orang miskin jangan dilupakan.
Apabila saudara merayakan pesta kematian dan orang memberi sumbangan kerbau tidak salah menerimanya apabila sipemberi kelak berpesta saudara nanti menyumbang kerbau pula artinya tolong-menolong.
Apabila bayi meninggal keguguran dan sudah tumbuh lengkapmaka bayi itu harus diperlakukan seperti manusia. Berilah dia adat lengkap seperti orang dewasa.
Setelah jenasah dikuburkan sebaiknya semua upacara pesta kembali kerumah berkabung dengan cara pantas sesudah itu pulang kerumah masing-masing.

Tentang adat padi
Menjelang tanah persemaian bibit akan dipersiapkan, saudara jangan menyelanggarakan kurban untuk dewa-dewa dan jangan mohon kesuburan kepada roh-roh.
Kalau padi mulai bunting jangan takut menyentuh telur atau makan inti kelapa. Padi orang Kristen bebas dari segala pantangan, jangan menggunakan indo’ padang (ahli penyelenggara upacara untuk padi ) karena Tuhan pemilik dunia.
Apabila penyakit menyerang padi atau tanaman lain atau keluarga saudara, janganlah mempersembahkan kurban kepada dewa-dewa.
Ketika memotong padi membawa padi kerumah atau ketika memasukkannnya kedalam lumbung, jangan menyatakan syukurmu dengan cara memberi kurban kepada dewa-dewa. Melainkan bersyukurlah kepada Tuhan.
Sesudah panen baiklah jemaat menyelenggarakan kebaktian pengucapan syukur dan undanglah kerabat-kerabat dan sahabat-sahabat demikian juga jemaat yang berdekatan.

Menahbiskan rumah
Apabila rumah selesai dibangun atau rumah tua yang selesai dipugar dan saudara tergolong kerabat, orang Kristen diperbolehkan memotong babi pada pesta penahbisan, tetapi tidak boleh mempersembahkan kurban kepada dewa-dewa dan roh-roh leluhur. Apabila pemiliknya orang Kristen seharusnya zendeling atau guru diundang untuk berdoa memohon rahmat Tuhan.
Tetapi jangan menyampaikan kurban kepada ampu padang tetapi hanya kepada Tuhan

Pesta-pesta lain
Pada pesta orang kafir seperti merauk, ma’parekke para, masura’tallang, sangat banyak babi yang dipotong dan kurban disampaikan kepada dewata. Ketiga jenis pesta tersebut tidak dapat dirayakan oleh orang Kristen atau dihadiri. Karena penyembahan berhala semata. Tetapi apabila saudara hendak berpesta hendaklah saudara melaksanakan pada pesta kita sendiri sebagai orang Kristen.

Pesta-pesta mabate, ma’bugi’ dan maro
Pesta-pesta tersebut mutlak harus dibuang oleh orang-orang Kristen, karena sama sekali bertentangan dengan kemauan Tuhan yang suci. Pada upacara mabate orang meninggikan derajat orang mati mereka menjadi dewa. Dengan upacara ma’bugi’ dan maro orang kafir percaya bisa memperoleh kesehatan dan tenaga hidup untuknya dirinya. Dengan melakukan tari-tarian liar dengan ilmu gaib serta siksaan berasal dari iblis.

Perkawinan
Sebagai orang Kristen sebaiknya mengambil istri diam-diam tanpa setahu gurumu penatua dan panditamu. Apabila kawin janganlah segan karena perkawinan itu terhormat dan kudus. Suami-suami janganlah ceraikan istrimu dan jangan tinggalkan suamimu karena itu dosa besar.
Saudara boleh mengawini seorang kafir asalkan dia berjanji masuk Kristen. Si perusak perkawinan seharusnya diadukan kepada pejabat.
Tidak boleh kawin muda kalau belum bisa mencari nafkah.
Orang Kristen yang memiliki istri dua lebih baik menceraikan salah satu istrinya.

Berpacu dengan agama islam
Kesulitan sangat kami alami meningkatkan kegiatan dan usaha merebut jiwa orang kafir. Kalau menjadi Kristen menjadi orang belanda. propaganda orang belanda dilakukan dengan insentif dan orang toraja banyak menjadi Kristen dan itu perlu disukuri. Sayangnya propaganda islam sangat berhasil di bua kira-kira 200 orang kafir pindah keagama islam dalam bulan puasa.
Tetapi walaupun pihak islam melakukan propaganda yang intensif didaerah swapraja yang islam padahal kepala kampungnya Kristen.persoalan ini diajukan keoada pemerintah yang mengumumkan keopada penduduk bahwa tidak ada orang dipaksa mengenai agama pada saat itu berakhirlah perpindahan ke agama islam pada konferensi para zendeling ditempatkanlah para guru injil ditempat tersebut.

Minggu, 12 September 2010

Kewarganegaraan

Oleh Rudianto Tari

PENDAHULUAN



Pemerintah, dalam penyelenggaraan pemerintahan mempunyai komitmen yaitu menyelenggarakan pemerintahan yang transparan. Oleh karena itu, dilakukan efektivitas pengawasan, baik internal maupun fungsional melalui peran serta dari masyarakat. Hal tersebut dilakukan, dengan tujuan mendorong budaya kerja di lembaga pemerintahan yang bersih atau Good Government. Hal demikian, dikemukakan Presiden RI, Susilo Bambang Yudoyono, (10/8), ketika menjadi Irup dalam Wisuda lulusan IPDN, bertempat di Kampus IPDN, Jatinongor, kabupaten Sumedang.,Presiden lebih lanjut mengatakan beberapa kebijakan strategis untuk mewujudkan Good Government telah dilakukan, antara lain:dikeluarkannya Peraturan Presiden tentang Tim Pembentukan Reformasi Birokrasi, disusunnya Peraturan Pemerintahan tentang Manajemen Sistem Pemerintahan. Pada otonomi daerah, asas penyelenggaraan yang dipergunakan adalah asas sinergitas, dalam penyelenggaraan desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang koordinasinya, dilaksanakan oleh gubernur. Oleh karena itu aparat pemerintah dituntut dapat melayani masyarakat dengan cepat, demikian presiden.
ISI & PEMBAHASAN
Berbagai sorotan yang terlibat dalam keseluruhan dinamika governance menerima sorotan dan harus diperbaiki, pihak-pihak itu bukan hanya Negara(legislative, yudikatif, dan eksekutif) melainkan juga pihak swasta dan masyarakat sipil(civil society).
Penyelenggaraan pemereintahan yang baik (good governance), menjadi agenda utama di Indonesia dewasa ini. Menarik bahwa penentuan agenda ini didahului oleh krisis financial (1997) yang meluas menjadi krisis ekonomi. Krisis tersebut telah mendorong arus balik yang luas yang menuntut perbaikan ekonomi Negara, penciptaan good corporate governance disektor swasta dan perbaikan pemerintahan Negara. Seperti yang dialami bersama bangsa indonesis memulai semua itu dengan mendesak suksesi kepemimpinan nasional dari presiden Soeharto ke presiden Habibi. Tentu saja, suksesi tidak cukup sebagai jawaban atas tuntutan masyarakat. Reformasi politik akhirnya melebar: berkembangnya system multi partai, penyelenggaraan pemilihan umum oleh lembaga yng independen (1999), pembentukan lembaga perwakilan yang lebih representatif dan lebih berdaya dalam mengawasi pemerintah, pengurangan dan bahkan penghilangan intervensi militer dalam kehidupan politik dan pemerintahan diluar bidang mereka, peningkatan profesionalisme dan independensi lembaga peradilan, danlain-lain.
Berbagai pihak yang terlibat dalam keseluruhan dinamika governance menerima sorotan dan harus diperbaiki, yang terakhir dituntut meningkatkan perannya dalam rangka mengembangkan demokratisasi dan akuntabilitas pemerintah Negara namun governance reform yang kini terpusat pada pusat eksekutif dan administrasi Negara, tidak dapat dihindari. Dengan pemerintahan yang elitis, sedangkan masyarakat sipil masih lemah, pemerintah memainkan peran yang strategis dibidang politik, sosial dan ekonomi. Eksekutifpun semakin independent, karena anggaran Negara banyak didukung oleh hutang luar negeri. Maka dapat dimengerti bahwa independensi pemerintah tersebut juga merambah kedunia usaha dan menghasilkan pengusaha pemburu rente. Tuntutan reformasi dirumuskan dalam slogan anti KKN menggambarkan kebobrokan system pemerintahan Negara yang didominasi oleh pemerintah untuk itu terdapat beberapa strategi penmcapainnya. Pertama, usaha telah dijalankan untuk menghasilkan pemerintahan yang demokratik dan legitimate. Perkembangan system multi partai mejadi saluran bagi masyarakat untuk berpolitik dan mejatuhkan pilihannya secara bebas, penyelenggaraan pemilu oleh KPU, dan pemantauan oleh masyarakat sipil, telah meningkatkan system pembentukan legislatif dan eksekutif. Kedua seharusnya diperjelas otoritas pemerintahan baru diadakan birokrasi lama meskipun hal ini belum memungkinkan karena tidak adanya dukungan legislatif, pengaturan, maupun resistensi birokrasi lama, upaya memperjelas masalah ini dapat dimulai dengan menghasilkan perundang-undangan tentang lembaga kepresidenan. Dalam pengaturan itu ditentukan tentang otoritas politik, hak-hak dan kewajibannya, dan akuntabilitas. Ketiga reformasi administrasi Negara. Keempat kultur dan etika birokrasi. Kultur keterbukaan, pelayanan yang cepat, dan etika pejabat harus ditingkatkan. Pelayanan yang lamban sudah menjadi ciri birokrasi kita (perhatikan layanan KTP, pemasangan saluran telfon baru atau air minum), etika jabatan menyangkut hal-hal seperti larangan perangkapan jabatan, berkolusi dan lain-lain. Kelima, masalah SDM yang memerlukan rekruitmen berdasarkan kualitas dan profesionalisme, peningkatan latihan, promosi regular, dan meningkatkan kesejahteraan (bandingkan antar gaji guru dengan pejabat eselon, juga pegawai negeri sipil dengan pegawai BUMN). Keenam, pengawasan administrasi Negara, dapat dilakukan secara prefentif maupun represif pengawasan prefentif melekat pada system administrasi Negara yang bersangkutan, seperti kejalasan Job description, dan lain-lain. Sedanfkan secara represif pengawasan ini dapat berwatak politis, yaitu melali DPR, DPRD, maupun berwatak yudisial melalui peradilan administrasi.
Memang banyak yang harus diperbaiki peran legislatyif dalam mengutamakan peran publik harus ditingkatkan. Pemahaman anggota mengenai administrasi pemerintahan masih harus ditingkatkan juga. Berbagai strategi lain mungkin saja dipikirkan, diusulkan dan dikembangkan tujuannya bukan sekedar melahirkan wacana, konsep-konsep dan program yang reformatif untuk menuju clean an the good governance, melainkan juga untuk medorong perwujudannya.


KESIMPULAN

Suatu penyelenggaraan manajemen pemerintahan yang baik, yang solid dan betanggung jawab sejalan dengan prinsip demokrasi.

PENUTUP

Demikianla makalah ini dibuat semoga dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan mengenai sisitem pemerintahan yang baik, khususnya di Indonesia. Penulis berterimakasih kepada bapak Amin Fathoni selaku guru kewarganegaraan yang telah memberikan saran dan tugas dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis mengakui dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, jika ada saran dan kritik yang membangun dalam penyusunan makalah selanjutnya. SELAMAT MEMBACA.
Nama Mahasiswa : Ezra Tari
Kelas : C
Angkatan : 2004
Mata Kuliah : PWGA

Judul Buku : Psikologi Anak Bermasalah
Penerbit : BPK Gunung Mulia
Pengarang : Dra. Ny. Singgih Gunarsa
Jumlah Halaman : 112 (1-112)


Tanggapan Terhadap Buku:

Analisis Kritis:
Dalam merencanakan segala sesuatu yang anak hadapi, orang tua perlu membantunya supaya anak dapat membagi waktunya. Perhatian dari orang tua sangat penting terhadap kemampuan anak selain itu anak membutuhkan perhatian lebih dalam menyelesaikan setiap masalahnya. Anak yang nakal, suka membolos, mencuri, kabur dan kenakalan yang lain menyebabkan orang lain dirugikan, dijelaskan dengan gamblang bagaimana orang tua menghadapi situasi ini terhadap anaknya. Buku ini mengungkapkan persoalan yang disanasini sangat mempengaruhi perilaku anak. Dimana prestasi anak dapat disekolah dilihat dari kehidupannya dirumah. Orang tua sangat susah ketika anak mereka sangat nakal, apa penyebabnya? Perhatian utama dan pendekatan yang intensif dari orang tua sangat menjadi hal yang sentral dalam keluarga.

Nilai Pengembangan Wawasan :
Dengan perhatian dan hubungan yang akrab akan membangun kepribadian anak. Hubungan yang akrab dengan ibu, bapa, anak dan guru sangat menjadi nilai hidup anak dalam mengembangkan kepribadian. Serta anak akan aman dengan kesatuan dalam keluarga dimana anak akan aman dalam bimbingan dan asuhan sang anak.
Orang tua harus lebih berhati-hati dalam mengeluarkan ucapan saat anak ada. Anak dalam bergerak perlu diberikan ruang gerak dan kesempatan melatih diri namun ia memerlukan pengawasan. Anak melakukan yang buruk demi mencari perhatian orang tua yang sedang sibuk. Guru sangat besar peranannya terhadap sikap anak karena Guru adalah idola sang anak di sekolah. Perilaku orang tua, guru dan teman sebaya memberikan pendidikan bagi anak dalam hal yang baik akan membentuk anak yang sehat serta berkelakuan baik. Sebab anak sangat bergantung pada orang yang dekat dengannya.
PENINGKATAN EKONOMI JEMAAT


Tinjauan Teologis-Praktis tentang Faktor-faktor yang Memengaruhi Peningkatan Ekonomi Jemaat di Jemaat Tampo










Skripsi

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Toraja Sebagai Syarat untuk Memeroleh Gelar Sarjana Teologi



Oleh


HERLINA MANDA’
NIRM : 20041866


SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI TORAJA
2007

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sejak dahulu kala ekonomi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, tetapi kenyataannya itu tidak disadari dengan baik. Sudah lama gereja tidak mencurahkan perhatian dan pemeliharaan kepada ekonomi, padahal ekonomi merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu Allah menciptakan segala sesuatu (Kej 1-2), ini berarti bahwa Allah adalah sumber, penguasa, dan pemilik satu-satunya dari segala yang diciptakan-Nya. Maka secara hakiki tidak ada satu bagian pun dalam kehidupan manusia yang terlepas dari Allah dan mempunyai hak untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Tak ada satu pun yang benar-benar bebas sepenuhnya, yang berdiri sendiri serta sama sekali terlepas dari orang lain, apalagi terlepas dari Allah , maksudnya bahwa manusia diberikan wewenang untuk memanfaatkan segala yang ada dalam dunia dengan penuh rasa tanggung jawab.
Dengan demikian ekonomi merupakan sektor kehidupan manusia dan ekonomi juga merupakan salah satu fungsi dalam kehidupan manusia yang dipakai untuk melayani dan mewujudkan kehendak Allah dalam penciptaannya sebagai makhluk ciptaan. Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun seluruh sikap dan tingkah laku serta tindakan ekonomi haruslah diarahkan dan ditujukan kepada Allah dan kesejahteraan seluruh ciptaan-Nya.
Sebagaimana manusia diciptakan sebagai gambar dan rupa Allah (Kej 1:27), maka mereka diberikan tugas dan tanggung jawab untuk mengelola, memelihara, dan melestarikan ciptaan Allah (Kej 1:26-28; Mzm 8) sehingga manusia mempunyai harkat dan martabat yang terhormat.
Harkat dan martabat ini tidak boleh dicabut oleh siapa pun kecuali Allah. Manusia adalah individu yang memperoleh individualitas yang penuh dalam keterhubungan yang lain yaitu dengan Allah, sesama, alam, dan dengan dirinya sendiri .
Ketika manusia jatuh kedalam dosa, maka hubungan manusia dengan Allah, sesama, lingkungan, alam, dan dirinya sendiri telah rusak sehingga kita telah kehilangan individualitas yang pernah dialami dalam membedakan satu dengan yang lainnya. Manusia mampu mengetahui yang baik, menginginkan yang baik, tetapi karena dosa manusia maka sesuatu yang baik itu terdapat juga yang jahat. Hal inilah yang membuat manusia bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidupnya karena manusia tidak merasakan kebahagiaan bila ekonominya tidak terpenuhi.
Dalam rangka membangun Jemaat, salah satu upaya yang dilakukan gereja adalah memberikan perhatian khusus pada ekonomi seperti cara memelihara ternak, bercocok tanam, memberdayakan seluruh pelaku ekonomi. Dengan adanya Kerja sama yang baik antara gereja dan masyarakat maka terciptalah kerukunan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Semua ini dilakukan atas dasar kesadaran bahwa perekonomian turut mengambil bagian dalam perkembangan warga gereja namun dalam kehidupan berjemaat masih ada warga Jemaat belum mampu menikmati kehidupan sejahtera bukan karena kekurangan sumber daya alam melainkan tidak tahu mengolah kekayaan alam yang tersedia disekitarnya. Oleh karena itu pelayan (pendeta) sangat perlu memperlengkapi dirinya bukan hanya dengan pengetahuan tetapi juga keterampilan yang menjadi penunjang dalam pelayanan di Jemaat.
Seperti yang terjadi dahulu di Jemaat Tampo, bahwa mereka kaya akan sumber daya alam tetapi kurangnya pembinaan, maka mereka tidak tahu mengelola akan sumber daya alam itu sehingga kebutuhan hidupnya tidak meningkat tetapi dengan hadirnya seorang pelayan (pendeta) yang mempunyai keterampilan, maka kehidupan Jemaat di Tampo meningkat. Hal ini berkaitan dengan bentuk kegiatan yang diberikan sangat tepat menjawab setiap permasalahan dan tuntutan yang ada dalam Jemaat dan masyarakat Tampo, bukan hanya membina rohani, mental, dan etika lewat khotbah dan pelayanan pastoral tetapi juga mampu memotivasi Jemaat atau masyarakat dalam menggali potensi yang ada untuk mengembangkan dan meningkatkan taraf hidupnya. Hal ini nampak dalam kehidupan sehari-hari, mereka tekun bekerja bahkan mereka sudah dua kali beribadah pada hari minggu. Karena semakin meningkatnya ekonomi maka kualitas Jemaat pun meningkat. Dengan mengamati masalah ini penulis ingin melihat faktor-faktor penentu dalam peningkatan ekonomi Jemaat Tampo dan sejauh mana peran gereja untuk peningkatan ekonomi itu.

B. RUMUSAN MASALAH
Sebagaimana yang telah dilukiskan dalam latar belakang diatas, maka penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa yang menentukan peningkatan ekonomi Jemaat Tampo.
2. Sejauh mana peran gereja dalam peningkatan ekonomi.



C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui faktor-faktor penentu peningkatan ekonomi Jemaat Tampo.
2. Untuk mengetahui sejauh mana peran gereja dalam peningkatan ekonomi.

D. HIPOTESA
Diduga bahwa faktor-faktor yang mendukung peningkatan ekonomi menyangkut persepsi terhadap kerja, maka kebutuhan hidup Jemaat pun terpenuhi, dan kualitas Jemaat meningkat. Kemudian gereja turut berperan dalam peningkatan mutu kerja maka pertumbuhan iman semakin meningkat.

E. METODE PENELITIAN
1. Pustaka
2. Penelitian Lapangan melalui observasi dan wawancara

F. SIGNIFIKANSI PENELITIAN
1. Signifikansi Akademik
Tulisan ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang mendalami atau mempelajari bidang teologi.
2. Signifikansi Praksis
Penulis ini memiliki suatu harapan bahwa dengan hadirnya penulisan ini akan bermanfaat bagi pembaca.

G. KERANGKA/SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Signifikansi Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Pengertian Ekonomi secara umum dan pandangan Iman Kristen mengenai Ekonomi baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam perjanjian Baru, serta faktor-faktor Peningkatan Ekonomi.
BAB III : Ekonomi-ekonomi Jemaat
BAB IV : Pemaparan Hasil Penelitian dan Analisis
BAB V : Kesimpulan dan Saran.





BAB II

EKONOMI


A. Pengertian Ekonomi
1. Ekonomi
Istilah “Ekonomi” berasal dari dua kata Yunani yaitu Oikos yang berarti rumah atau rumah tangga dan Nomos yang berarti aturan atau adat. Oikonomia berarti penatalayanan atau manajemen suatu rumah tangga. Pada awalnya ekonomi berarti manajemen, tatacara, mengatur barang-barang dalam rumah tangga, sebagaimana bahan-bahan makanan diproduksi dan dibagi-bagikan kepada masyarakat digunakan demi kesejahteraan para anggota rumah tangga. Jadi ekonomi itu bukanlah merupakan suatu realitas yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu cara untuk mempertimbangakan realitas sosial dan masyarakat dalam hubungan dan harapan setiap orang.
2. Ilmu Ekonomi sebagai Ilmu Sosial
Ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berdaya upaya untuk memberitakan pengertian tentang gejala-gejala masyarakat yang timbul Karena perbuatan manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan atau kemakmuran. Sedangkan ilmu sosial adalah ilmu tentang manusia serta masyarakat yang sekelompok manusa hidup didalamnya.

3. Lahirnya Ilmu Ekonomi
Adam Smith adalah seorang Ahli Ekonomi, dan menurutnya bahwa ekonomi lahir pada tahun 1976. ia berpendapat bahwa kekayaan lahir bukan dari perdagangan dan tanah tetapi mereka mengatakan bahwa itu datangnya dari kerja manusia dan karena usaha manusialah maka perdagangan dan pertanian itu ada. Hampir semua sumber daya alam harus diubah terlebih dahulu oleh usaha atau kerja manusia agar dinikmati karena tanpa usaha semua sumber daya alam tidak akan bernilai sama sekali.
4. Pentingnya Ilmu Ekonomi
Untuk mengetahui tentang pentingnya ilmu ekonomi maka ilmu ekonomi dibagi atas tiga manfaat yaitu:
- Manfaat ilmu ekonomi untuk perorangan (individu) setiap manusia menginginkan hidupnya sejahtera, walaupun memiliki hidup yang berbeda-beda tetapi mereka tetap menginginkan kebahagiaan.
- Manfaat ilmu ekonomi bagi dunia usaha. Pada dasarnya tujuan hidup seseorang adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam usahanya untuk mencapai tujuan itu maka ia memastikan bentuk pasar yang akan dihadapi.
- Manfaat ilmu ekonomi untuk bangsa dan Negara. Hal ini sangat penting karena bangsa dan Negara bersaing untuk memperjuangkan ekonominya masing-masing agar bangsanya tidak miskin.
5. Kegiatan Ekonomi
Kegiatan ekonomi pada umumnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia terutama kebutuhan primer, atau kegiatan ekonomi merupakan usaha yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup demi mewujudkan kemakmuran. Ada tiga macam kegiatan ekonomi yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan tidak terpisahkan.
a. Produksi, kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan masalah penciptaan atau peningkatan nilai, guna suatu barang dan jasa.
b. Distribusi, yaitu kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan masalah penyaluran hasil produksi dari produsen kepada konsumen baik distribusi cara pendek maupun cara panjang.
c. Konsumsi, ialah kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan penggunaan atau pemanfaatan barang dan jasa hasil produksi baik secara bertahap maupun sekaligus.


6. Pelaku Ekonomi
Dalam memproduksi barang dan jasa, maka pihak perusahaan memerlukan faktor-faktor produksi, dalam hal ini yang dimiliki oleh rumah tangga. Untuk mendapatkan barang dan jasa itu, maka rumah tangga harus memiliki yang dipakai untuk menukarkan barang itu. Dengan demikian pelaku ekonomi menjadi empat yaitu:
1. Perusahaan berperan dalam perekonomian sebagai produsan menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen kemudian disalurkan barang dan jasa itu.
2. Rumah tangga berperan untuk mengkonsumsi barang dan jasa.
3. pemerintah sekaligus sebagai produsen, dalam arti bahwa pemerintah menggunakan barang dan jasa sebagai hasil produksi.
4. Masyarakat luar negeri berperan sebagai konsumen dan produsen dalam kegiatan ekonomi.

Diantara kelompok pelaku ekonomi terjadi hubungan karena mereka saling membutuhkan sehingga terjadi Kerja sama dalam kegiatan ekonomi yang menggambarkan adanya arus barang yang mengalir kepada masing-masing pelaku ekonomi.

B. Ekonomi Menurut Iman Kristen
Berbicara tentang ekonomi, maka hal ini tidak terlepas dari manusia karena ekonomi merupakan kebutuhan manusia oleh sebab itu gereja harus mempunyai misi tentang kehidupan yang sejahtera. Misi ini harus dikaitkan dengan prinsip ekonomi yang lain dengan perjuangan mempertahankan hidup manusia dalam mencapai kemakmuran.
Jadi ekonomi menurut Iman Kristen sebagaimana yang disaksikan dalam Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru bahwa harus bekerja keras atau berusaha mempertahankan kehidupannya. Prinsip ekonomi tersebut berkaitan langsung dengan kesaksian Firman Allah. Hal itu nampak dalam penekanan Alkitab tentang kerja dan pelayanan kasih (bnd Kej 3:17-19, Ams 6:1-11, Gal 6:1-10, Yoh 6:27, II Tes 3:1-5, Yak 2:17). Dalam bab ini penulis hendak mengkaji tentang Ekonomi menurut Iman Kristen yang berdasarkan Alkitab sebagai Firman Allah.

1. Ekonomi Dalam Perjanjian Lama
Kerja adalah hakekat manusia yang diciptakan Allah. Manusia diciptakan tidak untuk menganggur, berdiam diri atau malas tetapi manusia diciptakan untuk bergiat, untuk berkarya dan untuk rajin. Dalam cerita penciptaan manusia diberikan mandat untuk bekerja (Kej 1:28;2:15). Manusia diciptakan untuk sibuk untuk rajin. Itulah sebabnya dimana-mana dalam Alkitab, para pemalas itu dikecam, bahkan dianggap manusia tak berguna atau manusia tak pantas diberi makan. Dalam Amsal Salomo, dikatakan bahwa kemalasan membawa malapetaka dan kemiskinan (Ams. 19:15). Oleh karena itu manusia diberikan mandat untuk mengelola dan memelihara ciptaan Allah dengan rasa tanggung jawab, maka manusia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam Alkitab dikatakan bahwa orang yang bekerja akan dipuaskan oleh hasil tangan dan pikiran mereka sendiri. Dalam setiap jerih payah ada keuntungan (Ams. 14:23), sebab Allah sendiri yang memberikan tanggung jawab kepada manusia untuk bekerja bagi kehidupannya (Kej 3:17-19, Kel 2:9, Mzm 104:23, 2 Tes 3:10).
Allah menginginkan agar umat-Nya hidup dalam kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan, sebagai tanda bahwa Tuhan senantiasa peduli terhadap kebutuhan jasmani umat-Nya, dan selalu menyayangi mereka. Sehingga Tuhan menciptakan segala jenis buah-buahan sebagai makanan manusia (Kej 2:9), tetapi karena manusia sendiri yang membuat hidupnya menderita maka ia melanggar perintah Tuhan. Walaupun manusia telah jatuh kedalam dosa, tetapi Allah masih tetap peduli kepada mereka.
Ketika bangsa Israel berada di padang gurun, Allah tidak membiarkan umat-Nya lapar sehingga menurunkan hujan roti bagi mereka (Kel 16:12)., saat Elia sedang dalam keadaan lapar, malaikat Tuhan datang mengantarkan makanan dan minuman (I Raj 19:5). Ini berarti Allah peduli kepada umat-Nya yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya. Namun dalam peraturan bangsa Israel ada dua hal pokok yang ditekankan antara lain: persamaan derajat bagi semua warga Negara, di depan hukum (Kej 21:23-25; Ul 19:21, Im 21:19), dan yang kedua, ada penghargaan baru atas kehidupan manusia. Hidup manusia lebih berharga daripada kekayaan, perhatian terhadap orang miskin dan lemah (Kel 21:2-26; 22:21-24; 23:6, Im 12:47, Ul 15:12).
Walaupun di dalam Perjanjian Lama tidak ada istilah: “Penatalayanan” tetapi dalam terjemahan Perjanjian Lama bahasa Yunani dipakai istilah “Oikonomos” untuk orang yang bertanggungjawab atas urusan-urusan rumah tangga. Misalnya Musa adalah orang yang diberikan kepercayaan untuk menjadi “Oikonomos” bagi seluruh rumah tangga Israel (Bil 12:7-8), artinya orang yang bertanggungjawab kepada Allah atas penatalayanan dan pemimpin atas semua urusan umat Israel.
2. Ekonomi dalam Perjanjian Baru
Kristus adalah keselamatan bagi dunia. Keselamatan dipahami sebagai pembaruan dari kehidupan, peningkatan manusia yang baru dalam kepenuhan Allah (Kol 2:9), manusia telah diperbarui menjadi manusia baru harus mewujudkannya dalam kehidupannya baik dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Persekutuan baru ini dikenal sebagai gereja yang dberikan tugas dan tanggung jawab untuk memberitakan kabar baik kepada semua makhluk ciptaan Tuhan. Hakekat gereja bertujuan menghadirkan syalom kepada umat manusia.
Jika manusia belum sejahtera maka kebutuhan ekonominya belum terpenuhi dan damai itu belum ada atau belum dirasakan. Oleh sebab itu gereja harus mengambil sikap bijaksana dalam meningkatkan perekonomian atau kebutuhan jasmani manusia. Karena ekonomi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang mendasar. Tujuan dari kesadaran gereja adalah diakonia, yang lebih cenderung kepada hal ekonomi sebagai bagian dari misi gereja. Namun misi itu tidak mutlak dilihat sebagai kesempatan untuk memperluas gereja tetapi sebagai jalan untuk melanjutkan kehadapan Kristus dalam hidup umat manusia.
Dalam ajaran Yesus, Allah sendiri menggambarkan dan meringkaskan kesepuluh hukum atau dasa titah serta menempatkannya sebagai hukum kedua (Mat 22:39). Hukum ini merupakan dasar bagi gereja untuk ikut berpartisipasi dalam rangka peningkatan kebutuhan ekonomi manusia.
Ketika Yesus masih berada dalam dunia, Ia selalu memperlihatkan sikap kepedulian terhadap masalah-masalah sosial dan ekonomi, masalah Ia memberi makan kepada orang banyak (Mat 14:13-21, Mrk 6:30-44;Luk 9:10-17; Yoh 6:1-13), dan selalu memberi perhatian khusus kepada orang-orang miskin dan lemah.
Ditinjau dari segi penatalayanan dalam ajaran Yesus, Eka melihat ekonomi sebagai perwujudan Allah yang lebih dipahami dengan istilah “Penatalayanan”. Ia sadar bahwa istilah penatalayanan tidak ada dalam Perjanjian Lama, namun erat hubungannya dengan tanggung jawab atas urusan rumah tangga. Eka menghubungkan dengan ajaran Yesus bahwa Allah adalah Tuan dan manusia adalah hamba-hamba yang diberikan tugas dan tanggung jawab mengatur urusan rumah tangga, seluruh kuasa ada pada tangan Allah, dan manusia bertanggung jawab penuh kepadanya. Dan ekonomi yang sukses adalah ekonomi yang berhasil melayani kepentingan rakyat
a. Yesus Dalam Penatalayanan
Ajaran Yesus mengenai para murid sebagai penatalayanan, Ia mengemukakan melalui beberapa perumpamaan didalam ketiga injil sinoptik, bahwa Allah adalah tuan rumah dan manusia adalah hamba-hamba yang diberikan tugas mengatur urusan rumah tangga. Dan manusia dilarang mempertuhankan kekayaan dunia yang akan rusak dan binasa, lalu melupakan kekayaan sorgawi yang sejati dan abadi. Yesus melihat kekayaan sebagai penggoda dan mempersulit orang masuk ke dalam sorga bila, dijadikan tujuan diri dan sebagai tempat bergantung.
Dalam Lukas 12:15, Mat 6:21, dimana Yesus bukanlah seorang asketis yang menolak dan menghindari kekayaan dan kenikmatan duniawi (Mat 14:13-21), bnd Luk 19:12-27), melainkan memberikan dukungan akan hal itu. Dan Yesus menggambarkan penatalayanan sebagai bagian utuh dari tujuan kedatangan-Nya dengan mengatakan :
“Anak manusia yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, dan untuk meberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang”. (Mrk 10:45)

Ia menyadari bahwa tugas penatalayanan yang sedang dilaksanakan-Nya adalah “tugas yang diterima dari Bapa” (Yoh 7:16-18, 29:4, 12:49-50;6:37-40). Tugas ini merupakan tanggung jawab yang dipercayakan Bapa kepada-Nya yang harus dilaksanakan secara menyeluruh dan penuh rasa tanggung jawab. Dan dalam Matius 15:32-39, Mrk 6:30-44, dimana Yesus sangat peduli terhadap umat-Nya yang menderita.
Untuk memahami penatalayanan Yesus Kristus maka segala sesuatu yang dibuat dan diajarkan oleh Yesus (Luk 1:1-14, Kis 1:1-3), memberikan penekanan yang jelas atas tugas penatalayanan Allah yang sedang diembannya. Dengan demikian pengertian penatalayanan Yesus Kristus adalah bertujuan untuk memberitakan Kerajaan Allah, (Mat 4:12-17; Luk 4:14-15; Mrk 1:14-15), tujuan ini berarti melaksanakan misi penguasaan dan pemerintahan Allah secara baru melalui pertobatan dan Iman atas dasar kasih.
Dari ayat-ayat Alkitab yang tercantum diatas menyimpulkan bahwa bagi Yesus penatalayanan itu sangat penting bagi rumah tangga Allah untuk menata keseimbangan antara hal duniawi dan hal surgawi.
b. Paulus dalam Penatalayanan
Pokok ajaran Paulus terletak pada pandangan dan tujuan dari keuntungan, bukan merupakan tujuan akhir. Demikian pula dengan ibadah bukan hanya sebagai sarana untuk memperoleh keuntungan tetapi sebagai ucapan syukur kepada Allah. Eka mengemukakan bahwa yang penting bagi kita disini ialah :
“Kita harus memberi makna rohani bagi kegiatan ekonomi dan bisnis, tetapi jangan sekali-kali memberi makna ekonomi dan bisnis bagi kegiatan-kegiatan rohani kita, yang bisnis kita rohanikan tetapi yang rohani jangan kita bisniskan”.

Hal ini merupakan sebuah peringatan bagi orang-orang zaman sekarang karena injil sering diperlakukan sebagai bahan bisnis, mereka memberitakan injil untuk mendapatkan keuntungan atau imbalan. Paulus menolak hal ini bukan karena ia tidak berhak untuk menerimanya tetapi ia ingin agar orang mengetahui bahwa ia mengabarkan injil bukan untuk mencari keuntungan. Pemikiran Paulus ini tercermin dalam Timotius 4:5, karena yang kita miliki telah dikuduskan oleh Firman Allah dan doa, ini berarti bahwa kita harus bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab dalam pelayanan bukan hanya bekerja karena upah, begitu pula dalam I Kor 4:11-12. Dan anggaplah itu sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri, dan bekerja dengan tangan seperti yang telah kami pesankan kepadamu sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan dimata orang luar dan tidak bergantung pada mereka, ini berarti bahwa bekerja adalah memuliakan Allah dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Oleh karena itu dengan tegas rasul Paulus menulis surat kepada Jemaat di Tesalonika bahwa “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan” (2 Tes 3:10). Karena sering orang mengabaikan kesetiaan kepada pekerjaan, ini tidak hanya bertentangan dengan peraturan pemecahan soal makanan tetapi juga melanggar peraturan Tuhan tentang kasih kepada sesama manusia. Oleh karena itu Rasul Paulus sangat tekun dalam memberitakan injil kepada Jemaat di Tesalonika, supaya mereka bekerja dengan baik, dan menasihati orang yang malas agar mereka bisa memperbaiki hidupnya melalui kerja, sehingga mereka tidak hanya bergantung kepada orang lain, tetapi mereka bisa mandiri. Karena melalui kerja maka ekonomi dapat meningkat.

Dalam kitab suci, pokok-pokok ekonomi dibahas dalam mengatur kegiatan tentang pembatasan pembelian dan penjualan barang-barang pembudidayaan lahan (tanah) dan peternakan. Kitab taurat menempatkan semua kegiatan ekonomi dalam rangka hubungan perjanjian umat Israel dengan Allah, misalnya perhatian terhadap orang miskin (Kel 23:6, 15:7-11), untuk orang asing (Kel 21:2-24); untuk anak-anak yatim dan janda-janda (UL 24:19-22), dan untuk lingkungan (Im 25:1-8), aturan tahun Yobel dimaksudkan untuk melepaskan hubungan ekonomi dalam perbudakan dari kemiskinan (Im 25:8-55).
Kesaksian-kesaksian kitab suci diatas menunjukkan bahwa dalam hubungan dengan dunia dan masyarakat berpihak kepada orang-orang yang menderita sehingga cara kita mencermati kehadiran karya Allah dalam kehidupan warga Jemaat dan kehidupan umat manusia umumnya masyarakat. Itu perlu memahami keterlibatan Allah sebagai suatu mandat dalam kehidupan ekonomi.
Oikonomia berpihak pada mereka yang miskin, yang lemah dan yang tertindas, ini merupakan suatu panggilan. Dalam oikonomia kehendak Tuhanlah yang menjadi landasan bukan keinginan manusia. Nilai-nilai ekonomi harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai etis dan moral serta spiritual ilahi yaitu yang telah menyatakan keberpihakan–Nya kepada mereka yang miskin dan menderita.
Untuk menata kehidupan berjemaat, gereja harus berupaya memberikan pemahaman kepada warga Jemaat tentang pentingnya kerja sebagai suatu perintah dari Tuhan, agar warga Jemaat dengan tekun melakukan pekerjaan dengan memanfaatkan segala potensi yang telah tersedia dalam alam semesta, sebab tanpa kerja manusia tidak dapat hidup seperti yang dikatakan Rasul Paulus (2 Tes 3:10), tetapi Yesus lebih menekankan masalah kerajaan Allah yang harus didahulukan.
Dalam perintah Tuhan Yesus harus mendahulukan pekerjaan Allah, namun ini masih sering menjadi tantangan berat bagi warga Jemaat, terutama dalam persaingan ekonomi yang semakin ketat, kadangkala manusia cenderung untuk mendahulukan kekayaan dalam dunia barulah kemudian menempatkan sedikit waktu untuk memuliakan Tuhan terutama dalam kegiatan gerejawi seperti ibadah bersama tetapi kalau dilihat sekarang dalam warga Jemaat Tampo mereka telah melakukan perintah Tuhan.
Dalam melakukan pekerjaannya, mereka lebih mendahulukan perintah Tuhan Yesus dalam pekerjaan Allah, dibandingkan dengan kepentingan pribadinya. Dengan demikian yang menjadi kendala dalam kalangan warga Jemaat sejauh mana peran gereja dalam pembangunan ekonominya yang stabil itu dalam kehidupan berjemaat dan juga dalam kehidupan sehari-hari.


C. Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Ekonomi
1. Kualitas Kerja
a. Kepemimpinan
Pemimpin adalah orang yang menuntun, mengarahkan, mendorong orang lain dalam melakuka tugas bersama sehingga mereka berhasil sesuai dengan rencana.
Mutu kerja ada karena dipengaruhi oleh hadirnya seorang pemimpin yang mempunyai kemampuan dalam mengubah sumber kearah yang lebih baik. Mereka diberikan mandat dan tanggung jawab dalam menata dan mengelola ciptaan Tuhan. Seorang pemimpin harus menjadi panutan bagi orang yang dipimpinnya, mereka memiliki sikap antara lain, setia, jujur, dapat dipercaya, penuh pengabdian dalam melaksanakan kinerja, (Bnd. I Tim 4:12).
J.Robert Clinton mengatakan bahwa pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil Allah sebagai pemimpin yang ditandai oleh:Kapasitas kepemimpinan dan tanggung jawab pemberian Allah untuk memimpin suatu kelompok umat Allah (Gereja) mencapai tujuannya.
Dari penegasan Clinton dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin Kristen harus memiliki kesadaran diri dan kualifikasi penting yang ada pada dirinya sebagai pemimpin. Oleh karena itu seorang pemimpin harus sadar bahwa mereka telah ditebus, dan dipanggil oleh Allah untuk bertanggungjawab atas kepemimpinan yang dikaruniakan kepadanya kemampuan atau kecerdasan, pengetahuan, pengalaman, serta adanya tanggung jawab yang dikaruniakan kepadanya untuk memimpin sekelompok orang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kitab Keluaran menggambarkan Musa sebagai pemimpin bangsa dengan panggilan langsung dari Tuhan untuk menjadi pemimpin (Kel 3:4). Musa ini digambarkan sebagai orang yang memiliki integritas tinggi, yaitu sangat lembut hatinya dan seorang yang setia (Bil 12:3,7) dan pada sisi lain Musa pun rendah hati dan bersedia belajar dari mertuanya. Dalam Keluaran 18 dapat ditemukan standar integritas pemimpin yang harus ada pada dirinya antara lain : integritas diri (kecakapan, menerima diri, mengembangkan diri), integritas Rohani (takut akan Allah, menjauhkan diri dari kejahatan), interitas sosial ( dapat dipercaya, taat, jujur, rajin, tekun. Bnd. I Tim 3:1-7, Ams 22:1), integritas ekonomi (benci terhadap pengajaran suap atau memandang uang bukan sebagai tujuan hidup, Bnd. 6:10, Kel 23:6-8, Ul 16:19, Im 19:15), integritas kerja (menerima tugas yang sesuai dengan kemampuan dan melakukannya dengan baik dan benar sehingga membawa keuntungan bagi semua pihak; Bnd. Kel 18:21-23).
Dalam Perjanjian Baru Yesus sendiri sebagai pemimpin, mereka memanggil murid-murid-Nya dan melibatkan mereka dalam kehidupan kelompok untuk belajar melengkapi diri sehingga menjadi pemimpin (Mat 20:20-23, Mrk 10:35-40). Kemudian Tuhan Yesus memilih, memanggil, dan memulihkan para murid-Nya sebagai pemimpin dengan sebutan Rasul. Rasul menjadi pemimpin Kristen harus sadar bahwa Allahlah yang mengutus Dia kepada suatu tanggung jawab kepemimpinan.
b. Loyalitas Kerja
Kerja adalah bagian yang utuh dari kehidupan. Oleh karena itu setiap orang harus bekerja kerja berarti kemuliaan Keluaran 34:21, memberikan perintah bahwa enam hari lamanya engkau akan bekerja, tetapi hari ketujuh haruslah engkau berhenti, dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara hari perhentian juga. Dalam Amsal 18: 9, dimana peringatan tentang kerja bahwa orang yang bermalas-malasan dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak; kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar (Ams 19:15), oleh karena itu manusia tidak boleh menjauhi kerja melainkan dipuaskan oleh hasil kerja tangan atau pikirannya. Dalam tiap jerih payah ada keuntungan (Ams 14:23), Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia daripada bergembira dalam pekerjaannya sebab itu adalah kebahagiaan-Nya (Pkh. 3:22). Begitupula dalam ajaran Paulus menasehatkan bahwa jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan, oleh sebab itu kesetiaan Jemaat dalam bekerja sebagai respon darinya, sebagai gambar Allah yang telah diberikan tanggung jawab atau mandat dalam mengelola ciptaan lainnya, juga merupakan wujud kesetiaannya kepada seorang pemimpin yang dihadirkan Allah diantara mereka.
2. Peran Gereja
Gereja adalah persekutuan orang beriman, Gereja adalah tubuh Kristus (I Kor 12, Ef 4). Dengan menyebut gereja sebagai tubuh Kristus hendak menegaskan bahwa inkarnasi Kristus dan perbuatan Yesus sebagai manusia yang menjadi dasar untuk melukiskan kehidupan gereja. Itu berarti hendak membangun visi dan misinya. Mereka menunjuk kepada gereja yang sejati darisinilah dipahami dan dikembangkan peran gereja dalam dunia.
Gereja sebagai tubuh Kristus mengandung makna bahwa kehidupan gereja seharusnya menjadi gambaran dari kehidupan Yesus sendiri sebagai mana dahulu Yesus berkarya didalam dunia. Yesus sebagai gambar Allah yang sejati adalah bingkai bagi gereja untuk memahami siapa dirinya, dalam kehidupan dan pengajarannya haruslah bertolak dari Yesus orang Nazaret, anak tukang kayu, Yesus dalam perilaku kemanusiaan-Nya, yakni Yesus dalam sosok seorang manusia bukan dalam perilaku keilahian-Nya.
Gereja bukanlah sesuatu yang berada diluar manusia atau sesuatu yang ditempelkan pada kemanusiaan. Gereja selalu berkaitan dengan eksistensi manusia sebagai gambar Allah, gereja tidak hanya menyangkut hal-hal teoritis melainkan menyangkut kehidupan dan menerangkan makna kehidupan manusia. Gereja menyangkut sikap terhadap hidup dan cara bagaimana manusia menjalani hidup. Gereja memberikan makna yang mendasar terhadap hidup manusia.
Ditinjau dari segi perekonomian sangat dipengaruhi oleh faktor pertanian dan letaknya yang strategis berada dalam jalur perdagangan. Hal inilah yang memperlihatkan bahwa Jemaat Tampo adalah salah satu Jemaat yang potensial, yang bisa memberi peluang untuk berkembang. Dan peluang itu sudah dimanfaatkan dengan baik dan benar pada akhirnya dapat membawa kemakmuran.
Gereja adalah persekutuan yang dikepalai oleh Yesus Kristus, sadar akan diri-Nya yang diutus, untuk berperan aktif dalam pelbagai segi kehidupan masyarakat. Gereja yang dihadirkan ditengah-tengah masyarakat Indonesia perlu mewujudkan imannya dalam bentuk keterlibatan pembangunan pada umumnya dan ekonomi pada khususnya. Sebagai rasa kepedulian atas persoalan-persoalan masyarakat ( persoalan ekonomi ) perlu diakui bahwa awalnya keadaan ekonomi yang dialami oleh gereja-gereja umumnya di Indonesia khususnya di Jemaat Tampo sangat memprihatinkan tetapi kalau dilihat sekarang sudah berkembang.
Dengan demikian penulis cenderung mengadakan penelitian lapangan untuk perampungan data dan informasi di Jemaat Tampo.


BAB III
EKONOMI-EKONOMI JEMAAT

A. GAMBARAN UMUM JEMAAT TAMPO
1. Sejarah Berdirinya
Gereja Toraja Jemaat Tampo pada awalnya terbentuk dari suatu kehidupan berjemaat pada tahun 1919, dimana pada saat yang bersamaan didirikan pula sekolah rakyat oleh zending. Gereja Toraja Jemaat Tampo pada mulanya dirintis oleh 5 orang yaitu : Paulus Lando, Banga Padang Kombong, Y.Dase, Petrus Landong, dan D. Panginan dan dibantu oleh beberapa orang guru injil yaitu Ishak, Epang, Yohanes Kappa, dan Toepa’. Maka pada tahun 1932 oleh perintis memikirkan untuk membangun sebuah tempat beribadah. Dengan cara gotong-royong antara sesama anggota jemaat dibangulah sebuah gedung darurat yang terbuat dari tiang bambu dan atap alang-alang. Gedung ini berdiri didaerah Rante Puyo.
Pada tahun 1962 setelah terjadi pengungsian, didirikan lagi sebuah gedung darurat yang terletak di To’Deata. Pada 1965 gedung gereja dipindahkan ke daerah buntu (yang ditempati sekarang dengan bangunan semi permanent). Pada awal tahun 80-an dibuat panitia pembangunan gereja untuk membuat bangunan yang permanen, sebab gedung gereja yang lama tidak layak lagi dipakai dan anggota Jemaat makin bertambah banyak.
Jemaat Tampo yang pernah dilayani oleh pendeta yaitu: Pdt. A. Rumpa, Pdt. A.S. Rumpa, Pdt. M.B.Rundu’ Padang, Pdt. L.B. Pembonan, Sm.Th, Pdt. D. Manuk Allo, B.Th, Pdt. Hendrik kenda’, Sm.Th, Pdt. Yospin Kando’, S.Th, Pdt. Y. Marthen Baso’, S.Th yang melayani sampai sekarang. Pendeta Y.M.Baso’, S.Th juga melayani Jemaat yaitu Tampo Kanaan Marrang, dan Jemaat A’a batu.
Sejak awal berdirinya Gereja Toraja di Tampo sampai sekarang, anggota Jemaatnya terus bertambah. Berdasarkan data statistik yang ada, jumlah anggota Jemaat masih ada hingga sekarang tercatat sekitar 141 kepala keluarga, dan 673 jiwa. Anggota Jemaat dibagi kedalam empat kelompok yaitu: kelompok To’ Deata, kelompok Tanduk Bulan, kelompok Kesu’, kelompok Guali.

2. Keanggotaan
Berdasarkan data wawancara pada tanggal 14 oktober 2007, bahwa Jemaat Tampo yang berdiri sebagai satu Jemaat tetap mengalami pertumbuhan sehingga sampai sekarang. Jemaat ini sudah terdiri dari 141 kepala keluarga dengan 673 jiwa. Dari 141 kepala keluarga dalam Jemaat dilayani oleh 25 majelis gereja yang terdiri dari 20 penatua, diaken 4 orang, dan 1 pendeta.

3. Letak Geografis
Gereja Toraja Jemaat Tampo di kota Makale, kabupaten Tana Toraja, yang jaraknya kurang lebih 20 km dari kota Makale. Gereja Toraja Jemaat Tampo merupakan salah satu dari ketiga belas Jemaat yang berada dibawah naungan klasis Mengkendek Tengah Timur diantaranya, Jemaat Marintang, Jemaat A’a Batu, Jemaat Sundung, Jemaat Uluway, Jemaat Rante, Jemaat Pa’tengko, Jemaat Pniel Rante Orongan, Jemaat Kambuna, Jemaat Betel Buntu Lo’bo’, Jemaat Kanaan Marrang, Jemaat Tando-tando, Jemaat Simbuang dan Jemaat Tampo. Pembagian tersebut berdasarkan letak daerah dan telah disepakati, disetujui Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja (BPS-GT).

4. Mata Pencarian
Melalui dialog langsung dengan anggota Jemaat, mereka mengatakan bahwa mata pencarian anggota Jemaat tampo adalah sebagian besar bekerja sebagai petani yaitu tanaman padi dan tanaman lainnya yaitu jagung dan sayuran disekitar peternakan yaitu kerbau, babi, anjing, disekitar perkebunan seperti kopi, coklat, lombok, tomat, vanili, cengkeh. Namun yang lebih banyak dipelihara anggota jemaat adalah babi. Kerena babi ini merupakan kebutuhan upacara budaya orang toraja pada rambu solo dan rambu tuka’. Dibidang perikanan seperti pemeliharaan ikan mas, ikan lele, jarang dipelihara oleh anggota Jemaat.
Sejalan dengan itu, maka kekayaan yang ada di alam semesta yang merupakan milik Tuhan. Dalam hal ini membutuhkan sumber daya manusia yang sadar dan mau bekerja keras mengolah, memanfaatkan didalam kehidupan sehari-hari sekaligus untuk kesejaheraan manusia dimasa depan. Oleh karena itu alam ini merupakan tempat manusia berjuangkan hidup dan kehidupannya. Untuk itu alam ini harus dikelolah oleh manusia dengan penuh tanggung jawab.
Mengelolah dan memanfaatkan potensi alam merupakan tugas pokok bagi warga jemaat yang sesuai dengan maksud Allah sendiri demi untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Mengolah dan memanfaatkan alam serta segala isinya, secara baik dan benar sebagaimana maksud Allah ketika menempatkan manusia di taman Eden (Kej2;15) maka warga jemaat dengan sendirinya akan memperoleh hidup yang sejahtera.
Dengan demikian jalan yang ditempuh oleh gereja dalam menjalankan tugasnya demi membangun manusia untuk berkembang sesuai dengan amanat Tuhan. Karena itu gereja dipakai sebagai tubuh Kristus dan Kristus sendiri adalah kepala dari tubuh itu. Dalam 1 korintus 12;1-13 Paulus membina warga gereja dengan contoh tubuh yang mempuyai banyak anggota. Namun mempunyai fungsi dan peran yang berbeda-beda. Tetapi kesamaan dan keanekaragaman fungsi anggota itu memberi banyak arti bagi kehidupan gereja sekarang ini. Dimana anggota yang satu harus terikat dan bergantung kepada yang lain. Dalam pembinaan, Paulus menjelaskan tidak ada rasa dengki,iri hati congkah, semua saling mengasihi, saling mendukung,saling melayani kerena mempuyai fungsi yang berbeda-beda. Di sinilah terlihat suatu nilai sebenarnya dari hidup manusia. Karena hidup sebagai umat Allah, pengikut kristus adalah hidup yang menghasilkan buah (Yoh 15;16).
Dengan mengolah alam yang sudah ada, dan telah disediakan oleh Tuhan, maka dibutuhkan orang yang betul-betul sadar dan mau bekerja demi menyambung hidupnya. Allah menyediakan semua bahan di alam ini dan manusia diberi mandat serta tanggung jawab untuk mengelolah dan memanfaatkan apa yang sudah ada, maka manusia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
B. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh peneliti dalam usahanya untuk mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Cara atau teknik tersebut turut menunjang pencapaian tujuan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Observasi dan pengamatan
Kamus besar bahasa Indonesia mengatakan bahwa observasi adalah pengamatan, peninjauan secara cermat dan mengobservasi berarti mengawasi dengan teliti atau mengamati.
Hal ini menggambarkan dengan jelas bahwa dalam pengumpulan data dengan cara observasi mengahruskan peneliti terjun langsung kelapangan untuk meneliti dan mengamati sampel. Oleh karena itu penulis langsung berbaur dengan masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian.
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang kedua dilakukan oleh penulis dalam mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan. Koentjaraningrat berpendapat bahwa metode interview atau wawancara mencakup cara yang digunakan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Mencoba mendapat keterangan atau pembinaan secara lisan dari seseorang responden dengan saling bercakap-cakap dengan orang lain. Berdasarkan pendapat Koentjaraningrat, maka penulis mengadakan percakapan secara langsung dengan anggota Jemaat yang menjadi sampel.
BAB IV

PEMAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS


A. Pemaparan Hasil Penelitian
Jati diri dan kepribadian seseorang dalam memahami kehidupan tergambar dalamnya, bagaimana mengelola alam sekitarnya, dengan kata lain bekerja. Karena dengan bekerja seorang bisa mewujudkan jati dirinya itu sendiri dengan termotivasi dari apa yang menjadi tujuan hidup mereka.
Menurut Ferdi (pemuda), bahwa yang manusia bekerja karena kebutuhan. Seandainya tidak membutuhkan sandang, pangan dan papan maka mereka tidak akan bekerja.menurutnya kerja adalah bagian dari hidup karena tanpa kerja, hidup sia-sia adanya. Y. Taruk Padang mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang bekerja adalah ingin mengubah hidup (Kaya). Demikian pula dikatakan M. Lalan, Joni dengan bekerja merupakan jalur yang dilakukan untuk sampai pada perwujudan cita-cita yakni mengubah hidup. Lain halnya dengan Y.S. Buranna, D.Ganti, ia melihat bahwa seseorang itu bekerja karena tuntutan adat. Menurutnya walaupun sebenarnya tidak diwajibkan bagi seseorang untuk mewujudkan ada tersebut tetapi disadari bahwa adat adalah merupakan bagian dari tanggung jawab kita selaku manusia Toraja.
Senada dengan apa yang dikatakan Andarias Detto’ bahwa satu hal yang melihat manusia toraja bekerja untuk merealisasikan adat yang sudah berakar dan bertumbuh dalam kehidupan manusia toraja itu sendiri. Sementara Y. Payangan lebih mengembangkan bekerja demi adat adalah bagian dari perwujudan dan menciptakan hubungan sosial antara individu yang satu dengan yang lain. Selebihnya responden menanggapi tentang hal yang mendorong seseorang bekerja ialah karena ingin hidup sejahtera dan juga dipakai untuk menyekolahkan anak-anaknya dalam arti tidak hanya kepenuhan ekonomi belaka (jasmani) tetapi juga rohani karena dengan bekerja merupakan satu wujud respon manusia atas mandat yang diberikan Allah untuk memelihara ciptaan lainnya. Sementara Y Serang muda berpendapat bahwa kerja adalah bagian dari hakekat manusia. Seluruh responden mengatakan mereka bekerja karena tuntutan ekonomi dalam perkembangannya. Bekerja demi kesejahteraan masa depan keluarga. Serta bekerja sebagai wujud keberadaannya sebagai manusia yang berkarya.
Mengenai pertanyaan apa penghasilan seimbang dengan modal-modal pertanyaan ini seakan-akan tidak ada respon dari responden karena mereka menganggap bahwa apa yang dikerjakan selama ini tidaklah dipandangnya sebagai bisnis sehingga untuk mencari keseimbangan antara penghasilan dan modal tidaklah menjadi persoalan, karena mereka merasa bahwa akhir dari apa yang dikerjakan bukanlah menjadi suatu keuntungan tetapi hanya demi kelangsungan hidup.
Jawaban konkrit dari semua responden bahwa dengan bekerja berarti ada harapan bagi mereka untuk menata hari esok atau menata kehidupan dikemudian hari. Karena tidak bekerja maka kehidupan yang dialami sekarang tetap adanya bahkan akan lebih terpuruk dikemudian hari.
Semua responden mengatakan bahwa bekerja tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. Karena dipisahkan maka kerja dan kehidupan tidak punya makna. Dengan demikian kerja dan kehidupan manampakkan dua komponen yang memiliki keterhubungan sebagai bagian dari eksistensi manusia.
B. Analisis

Dengan melihat hasil pemaparan penelitian, maka dapat dikatakan bahwa setiap manusia memiliki motivasi untuk mensejahterakan kehidupannya dalam rangka itu berbagai macam usaha dilakukan untuk mencapai tujuan hidup.
1. Faktor-faktor Peningkatan Ekonomi
a. Faktor Kerja
Pada mulanya Allah menciptakan bumi baik adanya, demikian juga Allah mengaruniakan segala sesuatu yang telah dibutuhkan oleh manusia tetapi menuntut bagaimana manusia memelihara dan menaklukkan isi dunia ini (Bnd. Kej 1:28).
Bekerja adalah bagian dari hakekat manusia sebagai makhluk ciptaan. Oleh karena itu Allah memberikan pekerjaan kepada manusia untuk bertanggungjawab mengelola serta memelihara ciptaan-Nya. Kerja adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Manusia diciptakan untuk sibuk dan rajin, dan dalam Alkitab pemalas itu dikecam bahkan dianggap manusia tak berguna atau manusia yang tak pantas diberi makan. Dalam Amsal Salomo dikatakan kemalasan membawa malapetaka dan kemiskinan (Band, Ams 19:15). Aktivitas kehidupan manusia sehari-hari diawali dengan kesibukan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan keinginannya, untuk meningkatnya taraf hidup yang lebih baik. Dengan demikian kerja menyatu dengan kehidupan. Maka sesungguhnya dalam setiap individu terutama orang dewasa, tidak ada istilah menganggur karena begitu banyak pekerjaan yang dapat dikerjakan.
Dikalangan anggota Jemaat Tampo dulu masih ada yang mempunyai pola pikir bahwa yang dimaksud dengan kerja adalah orang yang bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta. Hal ini dapat dikaitkan dengan upaya orang tua dalam mendidik anak-anaknya untuk menuntut ilmu dengan harapan kelak bekerja hanya sebagai pegawai negeri atau swasta yang disebut bekerja. Tetapi kenyataannya sekarang mereka sudah mengubah pola pikirnya bahwa apapun yang kita lakukan semua itu adalah kerja.
Dikalangan gereja, sumber pengetahuan yang diutamakan untuk memahami tentang kerja adalah Alkitab. Namun dalam Alkitab diajarkan bahwa kerja merupakan berkat dari Allah sendiri. Dalam bumi ini kaya raya dengan sumber daya alam. Allah menciptakan segala sesuatu yang dapat dikerjakan oleh manusia untuk mengupayakan nafkah hidupnya. Dalam Alkitab terutama kitab Kejadian, jelas bahwa kerja yang paling mulia adalah sebagai pengelola bumi yang dapat dilaksanakan dengan kegiatan petani dalam masyarakat dewasa ini.
Oleh karena itu ekonomi terkait dengan cara hidup manusia dan berbuat dalam urusan kehidupan, demi kesejahteraan rumah tangga, manusia dipanggil untuk melaksanakan penatalayanan rumah tangga. Penataan adalah prinsip paling hakiki dari ekonomi. Oleh karena itu panggilan melaksanakan penatalayanan tidak lain panggilan perekonomian. Baik gereja maupun ekonomi turut memberi manfaat bagi pengembangan kebudayaan manusia. Karena itu gereja tidak harus dipertentangkan dengan ekonomi. Karena gereja dan ekonomi kedua-duanya perhatian pada nasib manusia.
Gereja dalam tugas pelayanan tidak hanya menyangkut hal rohani tetapi juga hal jasmani. Dalam hal ini terletak pemahaman gereja yang melayani secara utuh dan menyeluruh. Sebab injil yang diberitakan oleh gereja adalah injil yang mampu menembus berbagai aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu gereja mampu menyampaikan injil kedalam kehidupan nyata anggotanya, sehingga anggota Jemaat dapat diberdayakan secara optimal untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Sebabnya dalam pembangunan gereja dan unsur persekutuan, kesaksian serta pelayanan tidak bisa dipisahkan. Dan barulah nampak dengan jelas bahwa dalam mengelola, memanfaatkan sumber daya manusia dan potensi alam dibutuhkan pelayan yang mampu mengembangkan sumber daya alam demi tercapainya syalom atau kerajaan Allah yang hidup.
Tugas mengelola dan memanfaatkan alam semesta serta segala isinya bukan hanya tugas pribadi tetapi juga tugas bersama kelompok persekutuan, karena itu manusia dipercayai menjalankan fungsinya ditengah alam semesta. Allah menyamakan manusia sebagai teman sekerja-Nya (I Korintus 3:9), manusia disuruh mengusahakan dan memelihara tanah atau taman Eden (Kej. 2:5,15).
Jika seseorang tidak mau bekerja janganlah ia makan (2 Tes 3:10), oleh karena banyak orang yang malas, lalu ia mau makan (Band, 2 Tes 3:11), melalui pekerjaan anggota Jemaat mendapatkan hasil untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup. Anggota Jemaat Tampo harus bekerja untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia dan potensi alam yang mereka miliki, sebagai contoh setelah panen padi, sawah tidak dibiarkan kosong dan ladang tetapi mereka mengusahakan untuk menanami dengan tanaman sayur-sayuran serta memelihara ternak-ternak mereka yaitu babi, ayam, kerbau, namun yang lebih banyak dipelihara adalah babi.
b. Pemimpin
Dalam membangun anggota Jemaat, dibutuhkan orang yang mampu mengarahkan, membimbing dalam melakukan tugas bersamasehingga tujuan yang diinginkan tercapai. Pelaksanaan pelayanan tidak hanya dengan cara berkhotbah dari mimbar dan melakukan perkunjungan rumah tangga, memberikan bantuan kepada Jemaat yang tidak mampu seperti anak yatim, orang miskin, tetapi gereja dituntut untuk melakukan sesuatu yang lebih dari hal-hal yang biasanya. Namun gereja juga harus mengembangkan potensi yang berada dalam anggota Jemaat (SDM) maupun yang terdapat pada alam sekitarnya.
Dengan hadirnya seorang pelayan yang mempunyai keterampilan bukan hanya memerintah tetapi mereka melibatkan diri secara langsung dalam pemeliharan ternak babi. Peningkatan ekonomi Jemaat nampak dalam kehidupan anggota Jemaat sehari-hari. Jemaat Tampo sudah dua kali beribadah pada hari minggu, persembahan mereka meningkat setiap hari minggu,anak-anak-anak anggota jemaat sudah tidak ada yang tidak sekolah dibanding yang lalu-lalu. Dan tidak ada anggota jemaat yang hanya memelihara dua ekor babi tetapi mereka memlihara paling kurang 10 ekor setiap rumah tangga.
Jemaat Tampo merupakan Jemaat yang subur dari sekian Jemaat yang ada di klasis Mengkendek Tengah Timur. Sebagian besar anggota Jemaat bermata pencarian sebagai petani dan peternak. Faktor inilah yang digunakan oleh Gereja Toraja Jemaat Tampo dalam meningkatkan perkembangan Jemaat yang disebut pelayanan diakonia moderen.

2. Peran Gereja tehadap Peningkatan Ekonomi
Gereja bertanggungjawab untuk mengusahakan agar kehidupan masyarakat didasarkan atas keadilan dan kesejahteraan bagi semua orang tanpa memandang agam dan ras sebagai wujud kasih Allah bagi dunia (Yer 22:3). Gereja terpanggil mewujudkan kepedualian Allah yang membebaskan yakni sebagai pendamping kaum lemah yang harus bersikap keras terhadap ketidakadilan. Sebagai contoh dalam pelayanan mendahulukan kepentingan kaum lemah. Gereja memberitakan injil untuk menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah yang telah datang, sedang dialami dan yang sedang dinantikan kegunaannya dalam langit dan bumi baru yang didalmnya terdapat kebenaran (Bnd. 2 Petrus 3:13). Salah satu upaya yang dilakukan gereja dalam peningkatan ekonomi adalah berpusat pada peternakan khususnya pada peternakan babi. Pengembangan diakonia modern yang dilakukan Gereja Toraja Jemaat Tampo berupa pengadaan induk babi serta pembinaan peternakan dan pertanian yang menjadi sasaran dalam pengembangan diakonia modern tersebut adalah anggota Jemaat.
Kegiatan diakonia moderen ini dilakukan oleh Gereja Toraja Jemaat Tampo sejak masuknya seorang pendeta yang mempunyai keahlian dalam bidang peternakan, program ini sangat besar manfaatnya bagi Jemaat Tampo. Hal ini sangatlah dirasakan oleh anggota Jemaat.
Keberhasilan yang dilakukan Gereja Toraja Jemaat Tampo dalam mengembangkan kehidupan anggota Jemaat selain dari hasil pertanian misalnya: padi, cengkeh, vanili, coklat, dan kopi. Dengan terbukanya sumber pendapatan baru bagi Jemaat Tampo. Kehidupan anggota Jemaat Tampo dapat lebih baik dari sebelumnya. Keberhasilan yang dirasakan Jemaat Tampo lambat laun dirasakan oleh seluruh masyarakat tampo bahkan sampai Jemaat-Jemaat yang berada diluar Tampo. Karena pendeta yang mengadakan diakonia moderen, juga memberikan pengetahuan beternak babi diluar dari anggota Jemaat Tampo.
Dalam menjalankan diakonia moderen, dilakukan untuk peningkatan taraf pendapatan Jemaat, pengurus Jemaat Tampo mengalami tantangan atau hambatan karena kurangnya kepercayaan Jemaat terhadap program yang dilakukan oleh pendeta. Hambatan ini disebabkan karena ketidakyakinan akan keahlian khusus yang dimiliki pendeta yaitu dalam bidang peternakan. Pikiran yang dipikirkan Jemaat bahwa seorang pendeta tidak pernah mempelajari ilmu peternakan. Namun Pengurus Gereja melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pengembangan ekonomi berbasis Jemaat. Dalam penyuluhan ini Jemaat diajarkan bagaimana cara beternak babi, mengatur makanan babi, cara membantu babi melahirkan tanpa ada yang mati dan memilih bibit babi yang baik.
Dengan demikian pendapatan anggota Jemaat Tampo dapat meningkat, hal ini dipengaruhi dengan hadirnya seorang pelayan (pendeta) yang mampu mengubah pola pikir yang sedang berkembang menuju pada pola pikir yang sesuai dengan amanat pencipta.








BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Faktor yang mempengaruhi peningkatan ekonomi Jemaat ialah pendeta sebagai motivator terlibat secara langsung dalam usaha atau pekerjaan sehingga menjadi motivasi bagi anggota Jemaat untuk melakukan pekerjaan itu. Dalam rangka peningkatan kualitas hidup anggota Jemaat khususnya Jemaat Tampo.
2. Setiap lingkungan hidup mempunyai sumber daya alam dan potensi yang berbeda-beda. Sehingga orang dituntut berupaya untuk memenuhi kebutuhanya dengan mengembangkan sumber daya alam dan potensi yang ada.
3. Gereja terpanggil bukan hanya menunjukkan jalan ke Sorga atau sehubungan dengan hal-hal rohani melainkan mengurus hal-hal yang menjadi kebutuhan atau penopang di dunia, dalam hal ekonomi.

B. SARAN
1. Disarankan kepada Gereja agar tetap memberikan bimbingan kepada anggota Jemaat dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada dalam hal ini mengolah, melestarikan dan mengembangkan kepada kekuatan yang lebih baik.
2. Disarankan kepada pemerintah agar memperhatikan atau mendukung dalam rangka memberikan fasilitas yang akan menunjang usaha dari setiap warga Jemaat.
3. Disarankan kepada Dosen agar memberikan materi yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam dalam rangka memenuhi kebutuhan anggota Jemaat dimana ia melayani.
4. Disarankan kepada Gereja Toraja agar tetap mendukung tenaga Pembina untuk membekali anggota Jemaat tentang kehidupan ekonomi, agar semua anggota Jemaat dapat menikmati kesejahteraan dalam arti meliputi jasmani dan rohani.


DAFTAR PUSTAKA

A. Alkitab
Alkitab TB. 2004 . Perjanjian Lama dan Baru. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
B. Kamus
Poerwadarminta, W.J.S. 1986 . Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

C. Buku – Buku Karangan
Darmaputera, Eka. 2002. Etika Sederhana Untuk Semua; Bisnis, Ekonomi dan Penatalayanan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hadiwijono, Harun. Dr. 2001. Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Koentjaraningrat.1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia
Rosyidi, Suharman. 2006 . Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Seytio, Robert, Ph.D . 2002 . Teologi Ekonomi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Suhardimanto, Mardyanto Amir . 2003 . Ekonomi Kelas 1 SMA. Bandung: Yudistira.
Tomatala, Yakob Pdt,Dr. 1997 . Kepemimpinan Yang Dinamis. Jakarta: Y.T.Leadership dan Gandum Mas, Malang.
. 1997 . Penatalayanan Gereja Yang Efektif Di dunia Modern. Jawa Timur, Malang: Gandum Mas.
Verkuyl, J. 1985 . Etika Kristen ; Sosial Ekonomi. Jakarta;BPK Gunung Mulia.
White, Marry dan Jerry. 1997 . Pemahaman Kristiani Tentang Bekerja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Wright, Christoper J.H,. 2003 . Hidup sebagai Umat Allah: Etika Perjanjian Lama. Jakarta;BPK Gunung Mulia.

D. Lain-lain
BPM . 2006 . Gambaran Umum Perkembangan Jemaat Dalam Laporan Pertanggungjawaban Majelis Gereja Jemaat Tampo.
Rumpa, A . 2001 . Sejarah Singkat Jemaat Tampo Dimuat Dalam Arsip Majelis Gereja Jemaat Tampo.

Postmodernisme

POSTMODERNISME
Suatu Tinjauan Teologis-Antropologis Terhadap Peran Agama Oleh Manusia Dalam Memberlakukan Nilai-Nilai Kemanusiaan Di Era Postmodernisme





OLEH :
EZRA TARI


Skripsi Sarjana Teologi
STT INTIM MAKASSAR 2010

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama hadir dalam kehidupan manusia sebagai sebuah kesadaran akan hal yang Ilahi. Menurut Tylor agama merupakan sebuah keyakinan terhadap yang spiritual. Seluruh kegiatan manusia dikendalikan dan diatur sesuai tatanan kehidupan keagamaan yang pada awalnya bergantung pada peristiwa alam. Agama menawarkan janji akan hidup sejahtera, damai dan penuh kepastian tetapi kenyataannya, seperti ungkapan A.N Wilson:
Dalam Alkitab dikatakan bahwa cinta uang adalah akar segala kejahatan. Mungkin lebih benar lagi kalau dikatakan bahwa cinta Tuhan adalah akar segala kejahatan. Agama adalah tragedi umat manusia. Ia mengajak kepada yang paling luhur, paling murni, paling tinggi dalam jiwa manusia, namun hampir tidak ada sebuah agama yang tidak ikut bertanggungjawab atas berbagai peperangan, tirani dan penindasan kebenaran. Marx menggambarkan agama sebagai candu rakyat; tetapi agama jauh lebih berbahaya daripada candu. Agama tidak membuat orang tertidur. Agama mendorong orang untuk menganiaya sesamanya, untuk mengagungkan perasaan dan pendapat mereka sendiri atas perasaan dan pendapat orang lain, untuk mengklaim bagi diri mereka sendiri pemilik kebenaran.


Pernyataan A.N. Wilson menggambarkan bahwa semua kekacauan, peperangan yang terjadi adalah tanggung jawab agama, padahal agama memberikan yang paling murni dalam hati manusia, lalu mengapa terjadi peperangan atau teror, dan ketidakbenaran? Jika agama itu berada dalam diri seseorang mengapa tidak mampu memengaruhi penganutnya? Pertanyaan itu diajukan kepada agama yang telah menyebabkan kekacauan yang terjadi. Sejak terjadi kekacauan yang diakibatkan agama, keraguan muncul karena janji akan kepastian, kebahagiaan telah gagal dipenuhi. Modernisme muncul pada menawarkan janji kepastian, kebahagiaan dan tumpuan harapan hidup manusia melalui ilmu pengetahuan.
Dengan adanya ilmu pengetahuan yang memberikan janji, manusia memilih hidup tanpa agama. Ilmu pengetahuan dan teknologi dengan rasio sebagai standar dalam penalaran hadir untuk menjawab ketidakpastian yang telah gagal dilaksanakan agama, janji akan kepastian tumpuan harapan hadir dalam zaman modernisme. Kekacauan itu diubah oleh modernisme menjadi rasional, di mana rasionalitas dipakai untuk melawan takhyul dan ketidaktahuan. Tetapi apa yang dijanjikan modernime ternyata gagal, yang terjadi adalah kerusakan alam sebab tidak disertai penghijauan, perang banyak terjadi diakibatkan peralatan perang makin canggih, dan jarak yang kaya dan miskin makin lebar karena orang kaya tidak memperhatikan orang miskin dengan memberikan yang mereka miliki. Karena zaman modern didominasi oleh analisis logis yang menolak tiap pembicaraan penuh makna tentang spiritualitas serta menganggap pembicaraan tentang hal-hal yang diluar jangkauan pikiran manusia adalah omong kosong.
Muncul keraguan terhadap modernisme yang menekankan ide dan proyek modern yang tidak lagi seperti mimpi tentang kebahagiaan yang dinyatakan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempermudah pekerjaan tetapi kenyataannya tidak seperti yang diimpikan. Manusia sibuk dengan pekerjaan, kepedulian terhadap sesama tidak ada, bahkan melupakan Tuhan, manusia terasing dari kehidupannya sebagai mahluk religius dan mahluk sosial, sehingga pertanyaan kritis mengemuka dengan tajam dengan ungkapan “dimanakah rasionalitas itu? Janji besar yang diucapkan modernisme itu menjadi kekecewaan”.
Modernisme mengecewakan, karena proyek kemandirian yang merupakan mimpi modernisme telah gagal mewujudkannya di mana logika yang bersembunyi di balik rasionalitas menimbulkan penindasan yang sangat keras bagi manusia. Kemajuan akal budi telah membuat agama tidak mampu membuat manusia mengasihi sesamanya tetapi justru menyingkirkan sesamanya atas dasar klaim kebenaran. Ilmu pengetahuan dan teknologi kembali dipertanyakan akan sumbangsihnya kembali bagi kehidupan manusia.
Oleh karena agama pernah mengecewakan manusia dengan janji akan kebahagian dan kesejahteraan, demikian juga dengan ilmu pengetahuan telah mengecewakan dengan janji akan kehidupan yang lebih baik dan damai tetapi kenyataan yang terjadi justru terjadi banyak ketidakadilan dalam pembagian kerja di wilayah industri. Agama dan ilmu pengetahuan perlu bertobat dan menyadari akan kegagalannya. Postmodernisme adalah kritik terhadap keduanya, yang penting adalah pertobatan ilmu pengetahuan dan agama. Postmodernisme juga merupakan kritik terhadap perlakuan yang terjadi dalam modernisme atau pemutusan hubungan total terhadap pemikiran modernisme.
Serangan terhadap modernisme dilakukan dengan mengeluarkan kritik terhadap rasionalitas atau koreksi terhadap aspek rasionalitas dalam modernisme, Habermas sendiri tetap optimis terhadap proyek pencerahan yakni penggunaan akal atau rasio sebagai alat kebenaran. Harapan Habermas terhadap rasionalitas, Derrida yang terkenal dengan pikirannya yakni dekontruksi. Dalam postmodernisme ada penerimaan kembali terhadap agama sebagai peristiwa penting dan amat menentukan masa depan. Bambang Sugiharto, mengungkapkan bahwa postmodernisme merupakan kritik terhadap gambaran dunia, kritik tehadap modernisme yang gagal serta gugatan terhadap perilaku dalam modernisme. Hans Küng menggambarkan situasi spiritualitas dalam postmodernisme sebagai keadaan yang sangat dialogis antara manusia yang beragama, di mana agama-agama saling terbuka satu sama lain akan dialog. Dalam situasi ini agama-agama dalam membangun spiritualitas yang mendasar dalam kehidupan manusia sangat dibutuhkan dalam mencari makna kehidupan ini. Dalam ungkapan Th. Sumartana yang terkenal bahwa “manusia bukan sekedar pencari makan tetapi pencari makna”. Dengan makna kehidupan yang pluralitas menjadi masalah spritualitas yang utuh dalam kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah.
Spiritualitas yang dikehendaki dalam postmodernisme menurut Küng, bahwa agama sangat ditentukan faktor kemanusiawiannya di mana “agama makin benar jika sangat memerhatikan masalah kemanusiaan”. Situasi majemuk adalah keadaan yang harus dihadapi oleh setiap agama yakni setiap agama memiliki standar kebenaran masing-masing, sehingga setiap agama dituntut untuk meningkatkan spiritualitas yang majemuk tetapi memiliki identitas yang utuh dalam setiap agama, artinya ada ciri khas dari setiap pemeluk agama. Manusia mencari alternatif di dalam agama yang memberikan ketenangan jiwa dibanding dengan kehidupan yang dipenuhi dengan kesibukan kerja sehingga manusia tidak pernah istirahat. Kehidupan manusia yang kembali pulih dengan kesadaran akan adanya Allah tidak didapatkan melalui analisis ilmiah dan rasional.
Makna kehidupan manusia yang memiliki relasi antara sesamanya dan Allah yang tercipta dan terbentuk dalam sebuah wadah yakni agama tetapi bukan sesuatu yang dari luar tetapi memiliki hubungan yang erat antara umat beriman seperti yang digambarkan Rudy Harisyah Alam dalam tulisannya tentang “Perspektif Pasca modernisme dalam kajian keagamaan menguraikan bahwa :
“ Pemaknaan terhadap arti kehidupan sangat ditekankan oleh Jacques Derrida dalam dekontruksi terhadap rasionalitas. Focault mengembangkan sikap yang mengumpulkan pernyataan-pernyataan maupun ungkapan. Kemudian disistematisasi oleh John Searle dalam teori ungkapan yang bermakna. Perkembangan tersebut diuraikan dengan beberapa sistematika yakni pertama: menginventarisasi praktik sosial yang berkembang dalam masyarakat. Kedua mendiskripsikan relasi kerja antara sosial dan keagamaan. Ketiga: menganalisis kebenaran keagamaan dengan keberlangsungan kuasa dalam relasi sosial. Keempat: memperlihatkan hubungan keagamaan. Proses yang panjang demikian membawa manusia pada pemahaman baru dalam hidup beriman dan beragama, di lain pihak sungguh otonom dan di lain pihak oleh iman”.

Kehidupan yang bermakna merupakan cita-cita awal agama yang kembali dibangunkan melalui dekontruksi terhadap rasionalitas yang gagal karena tidak ada penemuan yang pasti akan kehidupan yang dicari melalui ungkapan, dan dicari apa hubungannya dalam kerja antara kehidupan sosial dengan agama. Pencarian tersebut bukan hanya melalui ajaran yang dibuat sistematis dan dapat dianggap benar dengan rasio tetapi pemahaman baru tentang kehidupan yang digerakkan oleh iman.
Dalam situasi postmodern ini dibutuhkan pemahaman Allah yang benar-benar berada yang sungguh manusiawi dan berperan langsung dalam kehidupan manusia. Hal ini kembali pentingnya imanensi dan transendensi Allah dalam keberadaan kehidupan manusia. Manusia memerlukan pemahaman baru tentang relitas iman dan agama sebagai hubungan yang nyata dengan Allah. Dalam hal ini agama Kristen kembali pada keyakinan dan kepastian untuk membawa manusia kembali pada hubungan yang akrab antara Allah dan manusia serta manusia dan sesamanya. Berhadapan dengan Allah manusia menyadari diri dalam kesamaan sebagai makhluk yang lain daripada makhluk yang lain dipanggil untuk berdialog dengan Sang pencipta antara manusia itu sendiri dan keutuhan serta keselamatan ciptaan lain.
Dengan demikian agama bertanggung jawab membimbing manusia mencintai ciptaan lain dan di lain pihak memiliki relasi dengan Allah, di mana manusia menggambarkan Allah sehingga manusia dipanggil untuk berdiri dihadapan-Nya. Peran agama Kristen dibangun pada pemahaman Yesus sebagai “batu penjuru”. Th. Sumartana membagi tiga pola etika Kristen yang didasarkan pada Yesus yakni: pertama, Yesus sebagai manusia sejati. Yesus Kristus adalah Allah yang menjadi manusia karena Ia peduli terhadap masa depan dan nasib manusia. Manusia tidak hanya percaya bahwa Allah mengutus Yesus Kristus melainkan meneladani atau melakukan kehendak Tuhan. Yesus Kristus adalah pembawa, pemegang, saksi dan penunjuk kepada kerajaan Allah. Kedua, kerajaan Allah sebagai sumber orientasi Yesus. Kerajaan Allah merupakan wujud konkret dari persekutuan yang sudah diperbarui dengan Allah. Kerajaan Allah masih harus disempurnakan agar terpenuhi martabat dan harkat selaku ciptaan Tuhan. Kerajaan Allah tidak datang dari luar tetapi dari perubahan manusia di mana masyarakat sekarang telah dibebaskan dari penindasan, korupsi dan ketimpangan ekonomi. Ketiga, peristiwa salib selaku pola etika dari kehidupan Kristen sebagaimana ditunjukkan dalam kehidupan Yesus. Peristiwa salib menggambarkan Yesus yang mengambil resiko untuk menjadi sesama dalam solidaritas yang penuh untuk mengumumkan bahwa kerajaan Allah merupakan harapan bagi kemanusiaan. Dalam peristiwa salib nyata terbuka kerajaan Allah, kesalahan manusia termasuk agama didalamnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Postmodernisme, yang dimaksudkan adalah kritik atas modernisme yang menempatkan rasio sebagai instrumen atau alat untuk mengerjakan kepentingan manusia merusak atau mengembalikan dimensi kemanusiaan yakni hubungannya dengan yang Ilahi. Postmodernisme sebagai kritik terhadap agama dan ilmu karena gagal memenuhi janjinya dan menawarkan kepada agama dan ilmu pengetahuan untuk melihat dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi hidup manusia yang lebih manusiawi.
Sumbangsih postmodernisme bagi agama, yakni paradigma berpikir dan cara beragama yang baru, dialog dan cara beragama yang baru melalui kemanusiaan titik pijak yang baru. Manusia mempunyai hubungan dengan realitas tertinggi yakni Allah. Sebab, modernisme melupakan sisi manusia yang lain yakni kesadaran akan kekuatan yang diluar dirinya.
Identitas manusia, ditentukan oleh dimensi hubungannya dengan Tuhan dan hubungannya dengan sesama. Dalam hal ini agama dan sains bekerja sama dalam membangun dan membuat manusia sejahtera.
Manusia seharusnya menghargai nilai-nilai kemanusiaan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasakan kemanusiaan sehingga nyata damai dan sejahtera bagi kehidupan manusia, manusia membutuhkan kepastian dari agama dipegang orang sebab pertanyaan yang selalu diperhadapkan kepada manusia dari manakah hakikat asalanya dan kemana akan pergi? Kepastian yang dinyatakan melalui pernyataan-pernyataan kitab suci dan simbol-simbol memperkuat keyakinan orang akan apa yang dipegangnya untuk menyatakan kesejahteraan dan kedamaian bukan peperangan karena kebenaran, penekanan saat ini adalah bagaimana hidup berdampingan untuk menyatakan kerajaan Allah yakni kehidupan tanpa penindasan dan kekerasan. Lihatlah kepada Yesus manusia yang sempurna tanpa dosa, di mana Ia menjaga hubungan yang akrab dengan sesama dan Allah dan telah mengorbankan diri-Nya sebagai rasa solidaritas-Nya atas keadaan manusia melalui salib, hubungan manusia dan sesama pulih, serta hubungan manusia dengan Allah.
B. SARAN
 Kegagalan dalam zaman terjadi karena keserakahan manusia, diberikan sedikit tetapi ingin banyak, sehingga perlu kesadaran manusia untuk hidup dalam kecukupan.
 Agama bisa gagal lagi di era postmodernisme, harus ada suara propetis dari agama untuk mengembalikan keadaannya dalam penerimaan akan agama lain, kesadaran manusia yang beragama menikmati kehidupan keberimanannya, sehingga manusia merasakan bahwa Allah hadir dalam kehidupannya.
 Agama dan ilmu harus bertobat untuk mewujudkan kerajaan Allah di bumi, di mana kerjasama keduanya diwujudkan untuk melihat kemanusiaan yang sempurna yang nyata di dalam kehidupan manusia saat ini.
 Kritik kepada umat beragama dan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberi Nilai pada kemanusiaan yang memandang dirinya sendiri.
 Kemanusiaan kembali diangkat untuk dihargai setiap insan. Agama harus mengembalikan situasi global yang telah rusak. Agama berperan dalam membentuk iptek tetapi tidak diawasi sehingga pengawasan agama pada iptek harus selalu dilakukan.
 Spiritulitas yang utuh bagi manusia yakni hubungannya dengan Allah dan bukan melupakan Allah tetapi melibatkanNya dalam perencanaan.
 Postmodernisme telah hadir mengembalikan agama tetapi tidak ada kebenaran mutlak sehingga kebenaran itu benar ada pada dirinya sendiri dan selalu didekontruksi untuk mendapat kebenaran yang baru. Apa standar kebenaran? Standar kebenaran jika ia berifat manusiawi, jika tidak bersifat manusiawi ia bukan kebenaran.
 Tidak ada kebenaran Tunggal semuanya benar, pengakuan kebenaran terhadap agama lain. Kebenaran itu relatif.
 Jadi dimana ada kebenaran? Kebenaran ada pada setiap agama, semua berhak mengklaim dan menghargai setiap kebenaran dalam setiap agama.
 Lalu bagaimana kalau kebenaran itu selalu didekontruksi? Kebenaran itu didekontruksi jika tidak memberikan sumbangsih lagi bagi kemanusiaan, lalu apa peran agama? Mengembalikan peran dan memberikan pencerahan kepada umat untuk melakukan kebenaran. Jika melakukan dekontruksi terus-menerus di mana ada kebenaran, kebenaran itu ada pada hasil dekontruksi berarti kebenaran itu relatif tidak ada kebenaran mutlak.







DAFTAR PUSTAKA

a. Alkitab, Kamus,
Alkitab, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1994
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001
b. Buku
Abidin, Zainal. Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat: Rasio Manusia dan Modernitas Dalam Narasi Posmodernisme. Bandung: Rosdakarya. 2000
Adiprasetya, Joas. Mencari Dasar Bersama: Etik Global Dalam Kajian Postmodernisme Dan Pluralisme Agama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2002.
Ali, Muhamammad. Teologi Pluralis-Multikultural: Menghargai Kemajemukan Menjalin Kebersamaan. Jakarta: Kompas Media Nusantara. 2003
Artanto, Widi. Menjadi Gereja Misioner dalam Konteks Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
Badan Pekerja Majelis Sinode. Tata Gereja-Gereja Toraja. Rantepao: PT Sulo, 2000
Darmaputera, Eka. Peranan Agama-Agama Dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Dalam Negara Pancasila Yang Membangun, Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1996
Hadiwidjono, Harun, Iman Kristen , Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006
Pals, Daniel L. Dekontruksi Kebenaran, Kritik Tujuh Agama. Yogyakarta: IRCiSoD, 2006
Plaisier, Arie Jan. Manusia, Gambar Allah: Terobosan-Terobosan dalam Bidang Antropologi Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2002.
Manguling, Sulaiman. Kecenderungan Ideologi Masa Depan: Antara Sekularisme dan Fundamentalisme, dalam Zakaria J. Ngelow (Ed), Seberkas Cahaya Di Ufuk Timur, Makassar: STT INtim, 2000
Panikkar, Raimundo. Dialog Intra Religius. Yogyakarta: Kanisius. 2004.
Sinaga, Martin L (ed). Agama-Agama Memasuki Milenium Ketiga. Jakarta: Grasindo. 2000
Singgih, Emanuel Gerrit. Berteologi dalam Konteks: Pemikiran-Pemikiran Mengenai
Kontektualisasi Teologi Di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Teologi. 2004
…………………, Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi Dalam Konteks Di Awal Milenium III, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004
Sugiharto, Bambang. Postmodernisme Tantangan Bagi Filsafat.Yogyakarta: Kanisius. 2000
Sunardi, Dialog: Cara Baru Beragama, Sumbangan Hans Küng Bagi Dialog Antar Agama, dalam Dialog: Kritik dan Identitas Agama, Seri Dian I, Yogakarta: Dian/Interfidei, 1993
Suyoto. Postmodernisme dan Masa Depan Peradaban. Jakarta: Aditya Media. 1994
Tanja, Victor I. Spritualitas, Pluralitas dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1996

Sabtu, 11 September 2010

epistemologi

Disarikan oleh: Ezra Tari, S.Th

A.PENDAHULUAN

Sumbangan pokok Whitehead pada filsafat pengetahuan (epistemologi) terletak dalam teorinya tentang persepsi yang dia sebut “ prehension” (prehensi). Pernyataan ini bisa di jelaska sebagai berikut. Salah satu masalah pokok yang muncul dalam epistemologi sejak Descartes adalah masalah kriteria kebenaran pengetahuan dan kaitan dengan hubungan antara subjek yang mengetahui dan objek yang di ketahui. Dua aliran besar menandai pemikiran dalam saman filsafat modern, yakni Realisme dan Idealisme.
Menurut paham Realisme, kriteria kebenaran pengetahuan dikaitkan dengan kesesuaian antara pemikiran dan kenyataan. Teori kebenarannya disebut teori kesesuaian atau teori kerespondensi. Suatu pernyataan dianggap benar kalau konsep yang di nyatakan itu sesuai dengan kenyataan di luar subjek yang mengetahui dan bisa berdiri sendiri lepas dari subjek tersebut. Khususnya dalam paham realisme naif (yang menganggap kenyataan yang sesungguhnya adalah kenyataan sebagaimana dialami manusia dengan pancainderanya) subjek di pandang sebagai sesuatu yang melulu pasif atau sepenunya di tentukan oleh objek. Bertitik tolak dari pemikiran filsafat mempunyai sumbangsih yang besar terhadap proses pendidikan di indonesia, maka dalam makala ini akan dibahas epistemologi sumbangannya dalam proses pendidikan di indonesia.
B. PEMBAHASAN
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir  pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam proses pendidikan di Indonesia.
Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan konsep dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan. Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan?
Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar?
Apakah pengetahuan itu bersal dari pengamatan, penglaman, dan akal budi?
Apakah pengetahuan itu kebenaran yang pasti ataukah hanya merupakan dugaan?
Lalu benar itu sendiri apa?
Kriterianya apa saja?
Hakikat dari pengetahuan bagi proses pendidikan itu sendiri adalah hasil pemikir manusia. Oleh karena terdapat berbagai tingkatan dalam pemikiran manusia itu sendiri, maka terdapat pula tingkatan pengetahuan. Tingkatan-tingkatan tersebut adalah:
Tingkatan pengetahuan biasa atau pre-ilmiah. Karena kebenaran yang dipaparkan belum teruji melalui metode ilmu pengetahuan
Tingkatan pengetahauan ilmiah yaitu sistem pengetahuan yang dapat melalui pengujian yang sistematis.
Tingkata pengtahuan filsafat yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat, prinsip dan proses pendidkan di indonesia pada dasarnya.
Menjawab pertanyaan mengenai adakah pengetahuan yang benar dan pasti? Terdapat berbagai pembasan yang dikemukakan para aklih filosof. Yang dikenal sebagai pencipta skeptisisme sistematis pertama. Berkenaan dengan kesahian pengetahuan, dalam epistemologi terdapat beberapa teori sebagai berikut:
Teori kesahihan (akurat,benar,nyata dan diakui) yangmenegaskan bahwa suatu proposisi pernyataan terhadap suatu pendidikan yang diakui sahih jika proposisi itu memiliki hubungan dengan gagasan-gagasan dari proposisi lainnyasesuai denngan ketentuan logika.Sebuah pernyataan dikatakan benar bila konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Contoh pernyataan “Asep akan mati” sesuai (koheren) dengan pernyataan sebelumnya bahwa “semua manusia akan mati” dan “Asep adalah manusia”. Terlihat di sini, logika yang dipakai dalam koherensi adalah logika deduksi.

Teori kasahihan korespondens mengatakan bahwa sesuatu pengatahuan itu sahih apabila proposisinya sesuai dengan realitas yang menjadi objek pengtahuan itu sendiri secara langsung.Sebuah pernyataan dikatakan benar bila sesuai dengan fakta atau kenyataan. Contoh pernyataan “bentuk air selalu sesuai dengan ruang yang ditempatinya”, adalah benar karena kenyataannya demikian. “Kota Jakarta ada di pulau Jawa” adalah benar karena sesuai dengan fakta (bisa dilihat di peta). Korespondensi memakai logika induksi.

Teori kesahihan logika yang berlebih-lebihan hendak menunjukkan informasi sama yag tak perluh dibuktikan lagi. Logika adalah cara berpikir atau penalaran menuju kesimpulan yang benar. Aristoteles (384-322 SM) adalah pembangun logika yang pertama. Logika Aristoteles ini, menurut Immanuel Kant, 21 abad kemudian, tidak mengalami perubahan sedikit pun, baik penambahan maupun pengurangan.
Aristoteles memerkenalkan dua bentuk logika yang sekarang kita kenal dengan istilah deduksi dan induksi. Logika deduksi, dikenal juga dengan nama silogisme, adalah menarik kesimpulan dari pernyataan umum atas hal yang khusus. Contoh terkenal dari silogisme adalah:
- Semua manusia akan mati (pernyataan umum, premis mayor)
-Isnur manusia (pernyataan antara, premis minor)
- Isnur akan mati (kesimpulan, konklusi)
Logika induksi adalah kebalikan dari deduksi, yaitu menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus menuju pernyataan umum. Contoh:
- Isnur adalah manusia, dan ia mati (pernyataan khusus)
- Muhammad, Asep, dll adalah manusia, dan semuanya mati (pernyataan antara)
- Semua manusia akan mati (kesimpulan).
Epistemologi memiliki kedudukan dalam proses pendidikan diindonesia sekarang ini:
Epistemologi sebagai teori pengetahuan yang sangat erat kaitannya dengan proses pendidikan diindonesia seperti pendapat parah ahli berikut ini Wikipedia,  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat bagi proses pendidikan diindonesia yang digunakan diberbagai sekolah sekarang ini untuk mencapai mutu dan kuantitas pendidikan yang lebih bermutu bagi naradidik.
Dari pernyataan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pada dasarnya, pendidikan adalah proses membudayakan manusia dengan menerapkan bantuan pengetahuan. Pengetahuan tersebut mempunyaiberbagai variasi bentuk. Misalnya bahasa merupakan ilmu pengetahuan ketika bahasa itu dikaji secara ilmu sosiolinguistik, nampak bagaimana bahasa mencerminkan budaya, oleh karena itu muncul analogi “bahasa menujukan bangsa”.

C. KESIMPULAN
Sebuah teori bisa juga diuji dengan cara sebaliknya, yaitu sebagaimana diusulkan Karl Popper, falsifikasi (pembuktian salah). Dengan falsifikasi, jika untuk sebuah teori dilakukan 1000 percobaan, 1 saja dari 1000 percobaan itu menunjukkan adanya kesalahan, maka teori itu tidak perlu dipertahankan lagi. Contoh, jika dinyatakan kepada kita bahwa semua burung gagak hitam, dan di suatu tempat kita menemukan satu burung gagak yang tidak hitam, berarti pernyataan itu salah.Namun dalam sebuah teori, sebetulnya yang lebih penting bukanlah ketiadaan salah sama sekali, karena itu sangat berat bahkan tidak mungkin untuk teori ilmu sosial, namun seberapa besar kemungkinan teori itu benar (probabilitas). Epistemologi dengan proses pendidikan diindonesia untuk menghasilkan pengetahuan dan pikiran yang jernih bagi semua peserta didik diindonesia untuk menjadi pemikir yang lebih mengutamakan betapa pentingnya pendidikan bagi naradidik diindonesia sekarang ini, untuk menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara sebagai hasil dari pengetahuan yang diperolehnya.


Referensi:
Oleh: AsianBrain.com Content Team (Internet)
Kartanegara, Mulyadhi, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam, Bandung: Mizan, 2003.
Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Suatu Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan, 1998.
DR.J. SUDARMINTA, Filsafat Proses; Sebuah pengangantar sistematika Filsafat Alfred North Whitehead. Kanisisus (Agngota IKAPI) Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 1991.
Copy-an Dari Filsafat Pendidikan